Malam sudah mulai merayap ketika Afkar akhirnya tiba di Malang setelah beberapa jam perjalanan. Sepanjang jalan, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan yang belum terjawab, namun dia tahu, dia tidak bisa menunjukkan kecurigaannya secara terang-terangan. Di depan rumah besar yang masih tampak sama seperti terakhir kali dia datang, Afkar menarik napas dalam. Dia harus bersikap biasa, seperti keponakan yang hanya ingin berkunjung karena rindu. Begitu bel ditekan, tak butuh waktu lama sampai seorang pria paruh baya membukakan pintu. Om Antonio yang kini tampak terkejut dengan kedatangan keponakannya. "Afkar? Tumben kamu datang mendadak begini," sapa pria itu sampai mengerutkan dahi, tapi ada senyum tipis di bibirnya. Afkar membalas dengan senyum santai, lalu masuk setelah Om-nya memberi i