"Eh? Kam—" Cup. Belum sempat Iqlima menyelesaikan ucapannya, sebuah kecupan mendarat di pipinya. Tak sampai sedetik, kecupan lain menyusul di sisi yang berdekatan. Hangat, lembut, dan begitu tiba-tiba. Seolah tak ingin memberinya kesempatan untuk protes, Afkar kembali mengulang tindakannya. Bibirnya dengan cepat menyapu kulit istrinya, meninggalkan jejak yang membuat Iqlima membeku di tempat. Mata indahnya mengerjap pelan. Dadanya terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Kejutan ini sungguh di luar dugaan. Masih segar di pikirannya bagaimana beberapa waktu lalu Afkar tampak begitu kesal dan bad mood, tetapi kini pria itu justru berbalik bertingkah seperti ini? Iqlima semakin dibuat bingung. Seketika, dia melirik kanan dan kiri, memastikan tidak ada yang menyaksikan adegan tak panta