Afkar berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri dengan rahang yang mengeras. Matanya yang tajam semakin gelap, seakan menyimpan badai di dalamnya. Kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, menahan amarah yang sudah nyaris meledak. Dua hari, sudah dua hari sejak Iqlima menghilang dari sisinya. Dua hari sejak istrinya dengan berani melanggar batas yang telah dia tetapkan. Dan kini, kabar bahwa Rayyanza ada di rumah itu membuat darahnya benar-benar mendidih. Afkar menarik napas panjang, mencoba meredam emosinya, tapi sia-sia. Bayangan Iqlima dan Rayyanza berada dalam satu atap terus menghantuinya, membakar nalarnya hingga tersisa hanya satu tekad, dia harus mengambil kembali apa yang menjadi miliknya. Tanpa pikir panjang, pria itu membuka lemari, mengambil kemeja hitam da