Tatapan Afkar melembut. Dia mengangguk dengan rasa haru yang tak bisa disembunyikan. Dia tahu ini bukan semata tentang kebutuhan fisik, tapi juga bentuk penerimaan dan pemulihan dari luka batin yang sempat membekas di antara mereka. Malam itu, mereka kembali menjadi suami istri dalam makna yang utuh. Pelan, penuh kehati-hatian dan kelembutan. Di sela-sela napas mereka, ada bisikan-bisikan rindu yang akhirnya bisa kembali ditumpahkan. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, keduanya tertidur dalam pelukan hangat yang tak lagi menyisakan jarak, hanya harapan akan hari esok yang lebih damai. Belum genap beberapa jam mereka terlelap, suara pelan dari Iqlima membangunkan Afkar yang masih memeluk tubuh istrinya. Awalnya hanya erangan kecil. Namun, semakin lama, tubuh Iqlima tampak tega