Meski tubuhnya sudah menerima pukulan, meski posisinya tidak menguntungkan, sorot mata Afkar tetap sama, penuh percaya diri. Seolah dia masih memiliki kendali atas situasi ini. Rayyanza tidak menjawab. Ia hanya mengangkat kepalan tangannya lagi, bersiap melancarkan serangan berikutnya. Dan ya, pertarungan kembali memanas dan lawannya bukan Habil lagi. Kali ini, Afkar tidak lagi mengalah. Tidak ada lagi permainan, tidak ada lagi basa-basi. Bagi Afkar, Rayyanza bukan sekadar lawan biasa. Dia adalah saingan terberatnya. Pukulan demi pukulan saling dilayangkan dengan brutal. Afkar dan Rayyanza bertarung tanpa ragu, seolah tidak ada ruang untuk kompromi. Setiap serangan dibalas dengan serangan yang sama kuatnya, masing-masing berusaha menjatuhkan lawan tanpa belas kasihan. Bugh! Afkar be