Bram membelokkan mobil hitamnya dengan mantap, menurunkan kecepatan saat memasuki area parkir gedung perkantoran modern dengan dinding kaca tinggi. Plakat di lobi jelas bertuliskan Kalendra & Partners—kantor kakak iparnya sekaligus sahabat lamanya. Ia memarkirkan mobil di tempat khusus tamu VIP, langkahnya panjang dan mantap menuju pintu lobi. Sepatu kulitnya terdengar beradu dengan lantai marmer, membuat beberapa pasang mata otomatis menoleh. Resepsionis yang duduk di meja depan segera berdiri, senyumnya profesional namun sedikit canggung melihat sosok pria tegap dengan tatapan setajam itu. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu, Pak?” Bram mengeluarkan sedikit senyum tipis, tapi sorot matanya tetap fokus. “Saya mau bertemu Kalendra.” “Maaf, Bapak sudah membuat janji sebelumnya?” t

