17

1325 Kata

Pagi merayap masuk lewat celah tirai, membiaskan cahaya hangat yang menyentuh dua tubuh polos di balik selimut putih tebal. Bram masih memeluk Kalinda erat dari belakang, napasnya pelan dan teratur, d**a bidangnya naik-turun menyentuh punggung sang istri. Kalinda, yang setengah sadar, tersenyum tipis. Tangannya terulur merangkul lengan kokoh Bram yang terbelit di dadanya, seolah ingin membalas perlindungan yang ia rasakan semalaman. Pagi ini terasa berbeda—lebih intim, lebih tenang. Ada rasa “kita” yang utuh, seakan dunia di luar kamar tidak penting untuk sementara waktu. Dengan suara serak khas baru bangun tidur, Kalinda mencoba memanggil pelan, “Mas…” Tak ada respons. Ia menepuk-nepuk lembut lengan Bram, tapi pelukan itu malah mengerat. “Mas, bangun… ini udah pagi,” gumamnya sambil me

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN