73

1436 Kata

Kenanga berdiri kaku di depan pintu besar rumah bercat abu-abu. Udara malam Surabaya yang lembab membuat kulitnya sedikit lengket, tapi yang membuat napasnya tercekat dan sesak bukan karena panas—melainkan karena sosok yang kini berdiri di hadapannya. Yang seharusnya tak ada di dalam radarnya. Kalinda. Perempuan muda itu mengenakan baju rumah tipis berwarna marun, rambutnya diikat seadanya, wajahnya polos tanpa riasan. Tapi di mata Kenanga, pemandangan itu terasa seperti tamparan. Bukan hanya karena Kalinda tampak tenang dan… bahagia, tapi juga karena dia berdiri di ambang rumah yang seharusnya akan menjadi miliknya kembali—bersama Bramasta Aryadinata. “Kamu?” suara Kenanga terdengar hampir berbisik, campuran antara terkejut dan tidak percaya. Kalinda yang semula berniat tidak ingin r

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN