Kalinda berdiri memandangi deretan gaun yang tergantung rapi di hadapannya. Kilauan lampu butik memantul di kain satin, beludru, dan sifon yang disusun dengan begitu cantik. Asisten butik sibuk memamerkan pilihan gaun sesuai permintaan Bram—warna maroon yang elegan, hitam pekat yang misterius, ungu gelap yang mewah, lilac lembut, hingga emerald yang memikat. Potongan gaunnya pun bervariasi—ada yang klasik dengan potongan A-line, ada yang ramping membalut tubuh, ada pula yang berkerlip payet halus. “Kamu coba, dek. Mas yang lihat,” bisik Bram dari belakang, suaranya hangat di telinga Kalinda. Kalinda menoleh, menatapnya dengan ekspresi setengah malas. “Harus banget ya, mas? Aku kan ada kok di rumah.” “Harus,” jawab Bram mantap, tatapannya serius tapi bibirnya tersungging. “Mas mau adek t

