Jam sudah menunjuk pukul tiga sore. Tinggal satu jam lagi Bramasta akan menjemput istrinya. Namun, sungguh, hari ini terasa sangat melelahkan. Sejak pagi ia sudah berkutat dengan serangkaian pertemuan bisnis yang menuntut konsentrasinya penuh. Baru saja ia menyandarkan tubuh ke kursi kerja, mencoba menarik napas panjang, suara pintu diketuk pelan. “Masuk.” Laska melangkah dengan map tebal di tangan, wajahnya masih menyimpan sisa keseriusan. Asisten sekaligus sahabatnya itu tampak seperti baru saja keluar dari kekacauan yang sama halnya menimoa Bram. “Semua meeting sudah dirangkum, Bram.” Ia meletakkan map di meja, lalu duduk di kursi seberang. Bramasta mengangkat alis. “Bagaimana hasilnya? Aku butuh ringkasannya, Lak.” “Baik,” jawab Laska seraya membuka catatannya. “Meeting pertama den

