64

1029 Kata

Bram keluar dari gedung perusahaannya dengan langkah besar, wajahnya masam dan urat di pelipisnya menegang. Napasnya memburu, bukan karena lelah, tapi karena cemas bercampur amarah. Kata-kata Laksa terus bergema di kepalanya—ucapan sialan yang tak bisa dia enyahkan. "Kalau kamu lihat ini, Bram… kamu nggak akan waras lagi." “Aku nggak akan gila jika kehilangan kamu, Kalinda…” gumam Bram seraya menyalakan mobil. Tangannya menghantam setir sebelum akhirnya melajukan kendaraan itu dengan ugal-ugalan. Klakson mobil lain bersahut-sahutan, pengemudi lain marah, tapi dia tak peduli. Matanya fokus, hatinya penuh amarah. Bram menulikan telinganya. Bahkan Bram tak segan-segan mengumpati siapapun yang mengganggu jalannya. Dia ingin segera sampai di rumah. Berharap apa yang diceritakan Laksa tak be

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN