Pagi itu matahari Bali menyambut dengan sinarnya yang hangat. Begitu keluar dari pintu pesawat, Kalinda menarik napas dalam-dalam, menghirup aroma khas udara pulau dewata yang bercampur antara laut, angin, dan sedikit wangi bunga tropis. Ia mengenakan atasan kuning gading yang manis dengan celana putih longgar, sementara Bram di sisinya tampak santai dengan kemeja polo kuning muda dan celana putih. Sepasang suami istri itu tampak serasi sekali—tapi justru itu yang membuat banyak pasang mata tak berhenti menoleh ke arah mereka. Kalinda melirik ke kanan-kiri dengan wajah menegang. Ia bisa merasakan tatapan-tatapan kagum, terutama dari beberapa perempuan yang tampak melirik ke arah suaminya. Wajah tampan, tubuh tegap, jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya, plus aura domina

