66

1012 Kata

Kalinda membuka matanya perlahan, napasnya masih berat karena sisa tangis yang menyesakkan d**a. Dirinya tak sadar berapa lama tertidur, yang jelas, yang dia ingat, sebelum dirinya terlelap. Ia masih menangisi kebodohannya. Kebodohan meninggalkan suaminya tanpa salam perpisahan. Sialnya, saat ini ada rasa sesal yang menyesakkan dadanya. Rindu yang mulai merayap akan apa yang selalu membuat Kalinda merasa hangat dan nyaman. Dan saat ini dia benar-benar merindukan suaminya. Hingga dirinya menghalu. Mendengar suara milik seseorang yang dia rindukan. Suara itu… suara bariton yang begitu dikenalnya. Tapi... Kenapa suara itu begitu nyata. Hingga dirinya kembali mendengar. Dan membuat tubuhnya kaku seketika. Itu bukan halusinasi, bukan sekadar rindu yang menipu telinga. "Sudah bangun, dek?"

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN