“Aaakhhh…” desahan itu lolos begitu saja dari bibir Kalinda, teredam oleh kaca berembun yang dingin, namun tubuhnya justru terbakar panas. Punggungnya menempel erat pada dinding kaca kamar mandi, air shower yang deras membasahi tubuhnya, bercampur dengan cengkeraman suaminya yang begitu kuat. Bram menghentakkan dirinya lagi, dalam dan tanpa kompromi, membuat tubuh Kalinda terangkat sedikit dari lantai. Tangan besar itu menahan pinggul istrinya, sementara satu tangannya lagi menangkup tengkuknya agar tak bisa lari. “Kamu pikir… Mas bisa tidur tenang setelah makan malam kemarin sayang?” bisik Bram serak di telinganya, lidahnya bergerak menyusuri daun telinga Kalinda, meninggalkan gigitan kecil yang membuat wanita itu kembali meringis bercampur desah. “Mas marah, Dek… tapi Mas juga nggak bi

