57

1051 Kata

Bram berdiri tak jauh dari kursi taman itu. Matanya menatap nanar pada sosok mungil yang begitu ia kenal—Kalinda, istrinya—duduk dengan bahu merosot, wajah tertunduk dalam, seakan dunia runtuh tepat di atas kepalanya. Ada kantung kecil di sampingnya, ada tubuh ringkih yang tampak kian rapuh di bawah sorotan lampu taman rumah sakit besar itu. Bram tidak segera memanggil namanya. Napasnya terasa berat, seolah setiap tarikan d**a hanya akan menambah beban. Ia memilih melangkah perlahan, langkah demi langkah, hingga akhirnya berhenti tepat di hadapan Kalinda. Sepasang sepatu mahalnya kini berdiri tegak di depan istri yang ia cintai. Kalinda terhenyak, menoleh dengan mata sembab, lalu mendongak pelan. Dan di sanalah wajah itu—wajah tampan yang selalu membuatnya merasa aman—tersenyum lembut pa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN