Pelayan datang membawa beberapa menu. Bram yang langsung mengambil alih, memilihkan makanan tanpa banyak bertanya. Ia tahu betul apa yang disukai istrinya—detail kecil yang selalu ia perhatikan. Sementara Kalinda hanya duduk diam, menunduk, masih larut dalam pikirannya sendiri. Tak lama kemudian, makanan tersaji di meja. Bram dengan tenang mengambil alih piring istrinya. Dengan telaten ia memotong daging ayam menjadi potongan kecil, lalu memberikannya kembali ke depan Kalinda. “Coba ini, Dek,” ucapnya lembut sambil mendorong piring itu ke arah sang istri. Kalinda terdiam sejenak, sebelum akhirnya perlahan mengambil sendok. Bram mengawasinya dengan sabar, tak sedikit pun dirinya ingin memaksa. Saat suapan pertama masuk ke mulut, Bram lega melihat istrinya akhirnya mau makan. Tapi ketena

