Bab 10 - Selingkuhan

1330 Kata
“Sebenarnya ini nggak ada dalam jobdesk, tapi maaf ya Stella. Kamu harus ikut direpotkan dalam situasi semacam ini,” ucap Arga, merasa tidak enak. Beberapa saat lalu, Stella memang menjemput Arga di rumah bosnya itu. Setelah mengirimkan foto-foto honeymoon pada suaminya, tak lama kemudian Stella turun dari mobil. Pada saat bersamaan, Arga keluar dari pintu utama dan menghampirinya. Arga yang biasanya bersifat profesional dan hanya membicarakan soal pekerjaan saja, kini tiba-tiba meminta Stella membantunya untuk sesuatu yang sebenarnya bukan pekerjaan di OMJ. Betapa terkejutnya Stella saat Arga memintanya mendampingi putri kesayangan bosnya itu di acara perpisahan sekolah. Berhubung acaranya pagi sampai siang, tentu itu tidak akan mengganggu pekerjaan mengingat Arga dijadwalkan mengunjungi perusahaan klien pukul 14.00. Sampai pada akhirnya, di sinilah Stella berada. Arga membawanya ke salon untuk menyesuaikan penampilannya dengan acara dan agar tidak salah kostum karena Stella sebelumnya memakai setelan kerja yang kurang cocok untuk acara resmi seperti perpisahan sekolah. Setelah dari salon, ia dan bosnya itu langsung menuju ke sekolahan Aurora. “Jadi namanya Aurora,” ucap Stella yang saat ini duduk di samping kursi kemudi karena Arga telah memutuskan bahwa pria itu saja yang menyetir. “Ya, saya biasa memanggilnya Rora. Kalau aja saya nggak pernah berjanji akan membawa seseorang untuk menemaninya pada perpisahan sekolah, mungkin saya nggak akan memintamu melakukan hal semacam ini. Jujur, saya nggak tahu mau minta tolong sama siapa lagi kalau bukan kamu,” jelas Arga. “Ini pun terbilang dadakan karena pada awalnya … saya berharap Rora lupa janji saya ini. Sayangnya, pagi-pagi sekali dia udah mewanti-wanti agar saya menyusul ke sekolah bersama seorang perempuan. Padahal ibu saya ikut menemaninya, tapi dia bersikeras agar ada seseorang lagi.” Stella mengangguk-angguk paham. “Kamu tahu apa yang Rora katakan?” Stella pun menggeleng. Mana mungkin ia tahu? Kenal saja tidak. Ini bahkan pertama kalinya Stella akan bertemu putri dari bosnya itu. “Papa kalau belum bisa kasih mama beneran buat Rora, harusnya bisa kasih mama bohongan dong,” ucap Arga, menirukan cara bicara putrinya. “Sumpah demi apa pun, saya nggak habis pikir dari mana dia mendapatkan kalimat seperti itu.” “Mungkin sudah waktunya Pak Arga menikah lagi,” canda Stella. “Bicara memang gampang, tapi nyatanya nggak se-mudah itu. Andai bisa, saya pasti udah menikah lagi.” “Maaf ya Pak, bukan bermaksud menyinggung.” Stella jadi tidak enak hati. “Apa yang kamu katakan benar, kok. Tidak perlu meminta maaf. Saya pada diri sendiri pun beberapa kali mengatakan yang kamu katakan tadi, udah waktunya menikah lagi. Sayangnya saya nggak bisa menemukan perempuan yang seperti mendiang istri saya.” “Kalau Bapak ingin perempuan yang seperti mendiang istri, aku jamin Pak Arga nggak akan menikah lagi sampai kapan pun.” “Saya tahu. Itu sebabnya saya memilih begini. Walaupun Rora dan ibu saya tampaknya keberatan. Mau bagaimana lagi? Cinta saya udah habis untuk mendiang istri saya. Saya nggak bisa mencintai perempuan lain lagi.” Jeda selama beberapa saat, tidak ada yang berbicara lagi di antara mereka. Sampai kemudian, Arga menyadari sesuatu. “Astaga. Kenapa saya membicarakan semua ini padamu?” “Maaf ya Stella, seharusnya saya nggak membicarakan urusan pribadi sampai se-jauh ini,” tambah pria itu. Jujur saja, Arga bukan tipe yang bisa dengan mudahnya curhat pada orang lain. Ia sendiri tidak menyangka … bisa-bisanya menceritakan hal tadi pada sekretarisnya. “Santai aja, Pak. Aku bukan tukang gosip, kok.” “Terima kasih,” balas Arga. “Ngomong-ngomong untuk acaranya Rora ini saya akan berikan bonus khusus, ya.” “Enggak usah, Pak. Aku bukannya nolak tapi ini bukan sesuatu yang bikin aku merasa keberatan. Toh hanya menghadiri doang, kan?” “Anggap aja sebagai ucapan terima kasih saya,” jawab Arga. “Saya akan transfer langsung ke rekeningmu.” “Jujur ya Pak, apa yang aku lakukan hari ini nggak seberapa jika dibandingkan dengan pertolongan yang Pak Arga berikan saat suamiku kecelakaan. Aku bahkan nggak bisa bilang kita impas saling membantu karena yang Pak Arga lakukan jauh lebih besar.” “Bagi saya, apa yang kamu lakukan untuk Rora bukan hal kecil,” jawab Arga. “Saya akan tetap transfer.” “Kalau begitu makasih banyak ya, Pak.” “Saya yang harusnya bilang makasih.” Jeda selama beberapa saat. “Bagaimana keadaan Randy sekarang?” tanya Arga kemudian. “Jawaban yang sama dengan sebelumnya. Fisiknya membaik tapi ingatannya belum pulih. Aku nggak tahu sampai kapan, makanya aku nggak bisa menjanjikan kapan Randy kembali ke OMJ.” “Tapi hubungan kalian baik-baik aja, kan?” Inilah yang membuat Arga bingung sampai detik ini, haruskah memberi tahu Stella atau tetap merahasiakan selamanya? “Pak Arga tahu, kan, kalau kami menikah karena perjodohan?” “Ya, saya tahu.” “Aku merasa … kami nggak se-dekat ini saat Randy belum kecelakaan. Seperti ada jarak sekalipun status kami suami dan istri. Tapi setelah Randy terlibat kecelakaan dan membuatnya amnesia, anehnya aku jadi merasa sangat dekat dengannya. Sifat Randy jadi agak berbeda dan itu ke arah yang lebih baik,” jelas Stella. “Bukannya aku bersyukur dia kecelakaan. Tapi nggak bisa dimungkiri kalau ada dampak baiknya Randy amnesia.” “Itu karena Randy lupa kalau dia punya wanita lain. Dia merasa kamulah belahan jiwanya selama ini,” batin Arga. Stella kembali berbicara, “Tapi nggak tahu kalau ingatannya kembali. Apakah dia akan kembali seperti semula atau mempertahankan sifatnya yang sekarang? Aku nggak tahu. Cuma kalau boleh berharap … aku nggak apa-apa kalau ingatan Randy nggak kembali. Aku suka dia yang sekarang.” Bagaimana jika Randy benar-benar berubah pasca hilang ingatan? Pria itu mencintai istrinya dan tidak akan mengkhianatinya. Dengan begitu, jika Arga membocorkan perselingkuhan Randy dengan mendiang Ghea, bukankah malah mengacaukan rumah tangga Stella dengan Randy? Itu sebabnya Arga memutuskan tetap menyimpan saja fakta itu sendirian sampai waktu yang tak bisa ditentukan. “Ya Tuhan, kok jadi gantian sekarang aku yang curhat?” ucap Stella. “Kamu tenang, saya juga bukan tukang gosip.” Stella pun terkekeh. Arga juga. Beberapa saat kemudian, mereka sudah tiba di sekolah swasta elit yang cukup terkenal. Sekolah bertaraf internasional dengan kurikulum Cambridge tersebut terdiri dari TK hingga SMA. Di usianya yang enam tahun lebih, Aurora saat ini sedang dalam masa transisi dari TK naik ke SD. Dan perpisahan ini bisa dibilang sebagai perayaan dan pesta tahunan, bukan benar-benar perpisahan yang tidak akan bertemu lagi karena TK dan SD itu masih di lokasi gedung yang sama. “Ayo kita turun, saya yakin Rora udah nungguin.” Stella mengangguk-angguk. “Mari, Pak.” *** Randy sempat merasa aneh saat melihat foto Ghea satu bulan lalu, ketika ia bersama istrinya mengunjungi tempat peristirahatan terakhir rekan kerjanya itu. Sekarang pun bisa-bisanya ia secara spontan menyebutkan kalau dirinya mencintai Ghea. Apa semua itu hanya kebetulan dan tidak berarti apa-apa? Anehnya, Randy terus kepikiran sampai-sampai kepalanya terasa pusing. Ia berusaha mengabaikan itu semua, sampai akhirnya … Randy memutuskan kembali mengunjungi makam Ghea dan di sanalah pria itu kini berada. Randy menatap foto Ghea dengan saksama. Tak lama kemudian, pria itu memejamkan mata, mencoba meresapi dan menggali ke dalam ingatannya yang terlupakan. Sayang sekali hasilnya nihil. Randy tak berhasil mengingat apa pun. Ia kemudian beranjak berdiri meninggalkan makam Ghea. “Bisa-bisanya aku overthinking se-jauh ini,” gumam Randy sambil melangkah menjauh. Ia mulai sadar yang dilakukannya sekarang sangatlah konyol. Namun, seiring langkahnya … kenangan tentang dirinya saat bersama Ghea samar-samar mulai mampir ke dalam ingatannya. Seperti film yang diputar, Randy terbayang saat dirinya dengan Ghea berciuman panas dan menggebu-gebu entah di mana, lalu dilanjutkan dengan aktivitas selayaknya suami-istri di ranjang. Dan yang lebih gila, Randy juga terbayang tentang malam kecelakaan yang membuatnya kembali merasakan sakit kepala tak tertahankan. Spontan ia memegangi kepalanya. Bersamaan dengan itu, potongan demi potongan, ingatan demi ingatan muncul lebih banyak lagi dan perlahan mulai bisa Randy cerna. Termasuk rasa cinta yang sangat dalam untuk Ghea. Tunggu, itu hanya imajinasi atau benar-benar ingatan yang mulai pulih? Sampai pada akhirnya, kronologi kecelakaan yang dialaminya bersama Ghea … tergambar dengan sangat jelas. Jadi, Ghea adalah selingkuhanku?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN