Bab 4. Aku Mencintainya

1152 Kata
“Dia?” Restu menunjuk ke arah Kenzo. “Nay, kamu serius mau nikah sama dia?” tanya Restu tidak percaya pada sosok yang dipilih Kanaya. “Iya. Aku bakal nikah ama dia minggu depan.” Pandangan Kanaya menjadi lebih datar dan tetap menggandeng Kenzo. “Gak. Gak mungkin!” Restu menunjuk ke arah Kenzo lagi, “Nay, astaga! Nay, kamu tau siapa dia?” “Dia kakaknya Dilan, Nay. Dia orang yang idah ngebunuh ayah kamu!” Restu berusaha menyadarkan Kanaya. “Heh! Jaga mulut kamu kalo ngomong!” hardik Kenzo kesal dengan ucapan kasar Restu. “Gak. Kamu salah, Res. Dia bukan pembunuh ayah.” Kanaya menoleh ke arah Kenzo, “Dia orang baik. Dia orang yang banyak membantu aku selama ini. Dia pasti bisa melindungi aku,” lanjut Kanaya. “Pasti. Aku pasti akan lindungi kamu.” Skill drama Kenzo kembali keluar. Restu tidak percaya dengan kata-kata yang meluncur dari mulut Kanaya yang sangat tidak masuk akal itu. Selama ini Kanaya tidak pernah membahas sedikit pun tentang Kenzo. Tapi sekarang tiba-tiba Kanaya menyatakan kalau mereka akan segera menikah. Restu menyugar rambutnya kasar. Dia sangat frustrasi dan bingung bagaimana cara untuk mengembalikan akal sehat Kanaya. Restu sangat tidak menerima keadaan ini. “Gak Nay, aku gak percaya. Aku tau gimana bencinya kamu sama keluarga itu. Dan sekarang, sekarang kamu malah bilang mau nikah sama dia. Gak, kamu pasti becanda kan?” Restu menatap Kenzo dengan tajam dan penuh amarah, “Kau! Apa yang sudah kamu lakukan ke Kanaya, hah?! Apa yang sudah kamu lakukan!” Restu membentak Kenzo. “Restu!” Kanaya balas membalas Restu. Kenzo melepas tangannya yang sedari tadi di gandeng Kanaya. Dia memindahkan tangan itu di pundak calon istrinya. Kenzo ingin semakin membuat suasana semakin panas. “Emang kenapa kalo aku mau nikah sama Kanaya. Emangnya kamu siapanya Kanaya?” tanya Kenzo balik sambil menyeret tubuh Kanaya agar bisa lebih masuk dalam pelukannya. “Aku ... aku –“ Restu bingung ingin mengatakan statusnya saat ini. Kenzo menaikkan sudut bibir kanannya, “Status gak jelas , tapi sok main larang.” “Sayang, kita pergi makan yuk. Aku laper.” Kenzo mengajak Kanaya pergi. “Iya, aku ganti baju dulu.” Kanaya yang tidak tega melihat perubahan wajah Restu, memilih untuk segera pergi begitu saja dari teras. Dia tidak sanggup menatap Restu, yang selama ini sudah banyak sekali membantunya. Restu ingin menyusul Kanaya masuk ke dalam rumah. Dia masih ingin menuntut jawaban yang jelas dari wanita itu. Namun belum sempat Restu masuk, langkah kakinya langsung dihalangi Kenzo. Pria itu tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu masuk rumah Kanaya. “Minggir. Aku mau masuk!” ucap Restu menyuruh Kenzo menyingkir dari hadapannya. “Jangan ganggu calon istriku,” tegas Kenzo. Restu sedikit memundurkan kepalanya dan menautkan kedua alis tebalnya, “Calon istri?” Restu melepas napasnya kasar, “Aku tau siapa kamu, b******n! Aku cukup tau siapa kamu. Jadi aku tau kalo kamu gak pantes bersanding sama Kanaya!” Mimik wajah Kenzo langsung berubah. Dia yang sedari tadi berusaha tetap tenang menghadapi ucapan kasar Restu, kini tidak bisa lagi menghindari luapan emosi yang sejak tadi dia tahan. Kenzo menatap tajam ke arah Restu. Dadanya membusung dan dagunya mulai naik, mengisyaratkan kalau kelasnya jauh lebih tinggi dari dia. “Jaga ucapanmu, dosen muda. Hidupmu bisa berbahaya kalo kamu sembarangan bicara padaku,” geram Kenzo sambil menggerutukan giginya yang tersusun rapi di atas rahangnya yang mengetat. “Kenapa? Apa Anda tersinggung dengan ucapan saya? Kan memang itu kenyataan. Anda, keluarga Anda, bahkan adik Anda semuanya adalah penjahat. Anda tidak pantas bersanding dengan Kanaya!” Restu menunjukkan tekadnya. Mata Kenzo membulat, “Kau! Ka –“ “Ken, aku udah siap.” Ucapan Kanaya berhasil membuat perang urat saraf antara dua orang pria itu terhenti. Kenzo langsung berbalik badan dan siap membawa Kanaya pergi. Melihat Kanaya keluar dari rumah, tanpa berpikir panjang lagi, Restu langsung mendekat pada Kanaya. Bukan hanya mendekat, tapi dia bahkan menarik tangan wanita itu lalu membawanya ke belakang tubuhnya. “Restu!” pekik Kanaya yang kaget dengan perbuatan mendadak Restu. “Ikut aku!” Restu mengajak Kanaya pergi. “Lepasin!” Kanaya menghempaskan tangan Restu agar pergelangan tangannya terlepas dari cengkeraman pria itu. “Nay,” panggil Restu yang kaget dengan penolakan Kanaya. Restu tidak habis pikir, Kanaya bisa berubah sangat cepat dan drastis. Dia sampai merasa tidak mengenali sosok Kanaya yang ada di hadapannya saat ini. Kanaya yang biasanya sangat lembut dan ramah, kini tiba-tiba berubah menjadi wanita kasar. Restu semakin yakin, pasti perubahan Kanaya itu ada hubungannya dengan kehadiran Kenzo di hidup wanita yang dia cintai itu. “Ayo kita jalan. Perutku udah laper,” pinta Kanaya yang segera melangkah lebih dulu meninggalkan dua pria itu. “Masuk mobil duluan,” jawab Kenzo sambil melihat ke arah Restu. Tentu saja pandangan yang dilemparkan Kenzo pada Restu adalah pandangan kasihan sekaligus merendahkan. Dia merasa senang, karena Kanaya berhasil memainkan perannya sebagai calon istri seorang milyader di depan Restu. Kenzo tidak peduli dengan perasaan dua orang itu. Meski mereka berdua terluka, itu bukanlah hal yang harus dia pikirkan apalagi harus merasa iba. Kenzo meninggalkan Restu begitu saja dan menyusul Kanaya yang sudah masuk ke dalam mobil. Dia meninggalkan Restu yang masih berdiri terpaku dan terpuruk. “Nay, kamu kenapa sebenernya. Apa yang terjadi sama kamu. Kenapa kamu tiba-tiba berubah dalam semalam. Kamu kenapa, Nay?” Perih. Restu merasakan perih akibat luka yang ditorehkan wanita yang dia sayangi. Restu berdiri sambil melihat ke arah mobil Kenzo, yang berlalu dari depan pandangannya. Kekasih hatinya dibawa pergi oleh orang yang sangat dia benci. Kenzo tersenyum tipis melihat Kanaya yang saat ini tengah menekuk wajahnya. Dia tidak peduli kalau saat ini Kanaya sedang sedih karena mengingkari hatinya sendiri. Kenzo yang tadi dalam perjalanan pulang ke rumahnya, tiba-tiba mendapat panggilan telepon dari anak buahnya yang menjaga rumah Kanaya. Mendengar kalau calon istrinya sedang bersama dengan pria lain, Kenzo segera menyusul ke rumah Kanaya. “Akhirnya kamu sudah menentukan keputusanmu,” ucap Kenzo sambil sedikit melepas seringainya. “Aku belum memutuskan apa pun. Aku tadi cuma pura-pura,” jawab Kanaya datar. “Oh gitu. Baiklah, aku akan buat sandiwaramu tadi akan jadi kenyataan.” Kanaya menoleh ke arah Kenzo, “Kamu mau ngapain lagi. Jangan usik hidupku lagi!” Kanaya memberikan peringatan. Kenzo balas menatap ke arah Kanaya. Tatapannya sangat tajam, memberi tahu Kanaya kalau dia tidak suka dibantah oleh siapa pun. “Kalo kamu masih butuh waktu berpikir, maka aku akan membantumu mempercepat waktumu. Inget Kanaya, aku tidak akan segan memberi pelajaran pada pria itu. Dia telah berani menggoda calon istri Kenzo Sagala. Oleh sebab itu, dia harus mendapat sedikit sentuhan ala Kenzo. Bagaimana? Kamu pilih yang mana?” “b******k kamu, Kenzo! Dasar manusia iblis!” “Jangan sentuh dia! Jangan libatkan siapa pun lagi!” pekik Kanaya. Kenzo menyeringai menyambut kemenangannya lagi, “Lalu?” Kanaya menatap Kenzo dengan kekesalan yang memuncak, “Aku akan menikah denganmu. Puas kamu!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN