Robby baru keluar dari mobilnya ketika terjadi keributan di IGD. Sesosok tubuh perempuan tampak bersimbah darah diturunkan dari ambulance. Perutnya tampak buncit seperti sedang hamil. Dan begitu wajah itu miring ke arahnya, jantung Robby berdegup kencang. Ia berlari menyongsong brangkar yang tengah didorong petugas. “Apa yang terjadi?” teriaknya mengambil alih sisi brangkar. “Tabrak lari, Dok.” “Ayo, cepat. Dia sedang hamil. Panggil obgyn cepat,” Robby bisa melihat darah yang menetes dari arah rahim pasien. “Telepon dokter Nendra, suruh menghubungi suaminya, bilang Amara psikolog.” Semua yang berada di ruang IGD bergerak cepat. Tak satupun berani membantah dokter muda itu. Bahkan dokter jaga yang bertugas, langsung berada di bawah komando Robby. Dokter obgyn dan beberapa dokter spesi