Evan mengusap peluh yang membasahi dahi istrinya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain berada dalam genggaman erat Amara. Selama menjalani program kehamilan, mereka memang menyiapkan betul agar Amara bisa melahirkan secara normal. Jarak kehamilan dua tahun lebih dan kondisi tubuh Amara benar-benar berada dalam pantauan dokter. Evan tak ingin lagi melihat istrinya berada dalam bahaya sedikit saja. Ia begitu berhati-hati dan kerap berkonsultasi pada dokter yang dianggapnya ahli. Sebuah suara akhirnya memecah doa panjang dan perjuangan mereka. Amara meneteskan air mata seraya mengucap syukur. Begitu pula, Evan. Dia mengecup tangan dan kening Amara bergantian, diiringi suara tangis bayi mereka yang baru saja melihat dunia. “Baby boy, Sir. Congratulation,” dokter yang membantu pers