Evan tersenyum menatap foto yang ditempelkan Amara di sudut layar monitornya di apartemen mereka. Foto usg bayi mereka yang ditulisi Amara, the boy is mine. Amara sudah terlelap sejak tadi, sementara Evan sedang menyelesaikan beberapa projek kerjanya. Satu foto gelap berisi gambar janin mereka entah kapan ditempelkan istrinya di sana. Amara begitu bahagia ketika mengetahui jenis kelamin bayi mereka kemungkinan besar adalah laki-laki. Katanya, “nanti kalau dia sama coolnya kayak ayahnya, dan kalian cuma diem-dieman pakai bahasa kalbu, aku yang akan teriak pertama di telinga kalian.” Evan tersenyum sendiri mengingatnya. Teringat bagaimana awal kehidupan bersama mereka. Dirinya yang memang tak banyak bicara, hingga perlahan menjadi lebih mudah bicara apapun pada istrinya itu. Tapi hanya