Sudah hampir sepekan Amara dirawat. Evan sudah menyerahkan sepenuhnya pada Ferdi untuk mengurus urusan dengan kepolisian. Baginya, yang terutama adalah Amara cepat pulih. Ia pun sudah mengajukan cuti lebih awal dari seharusnya.
Evan duduk di kursi di sisi ranjang istrinya, dengan kepala ia letakkan di atas bantal yang diletakkan di sisi tubuh Amara. Bapak dan Ibu sudah pulang beberapa saat lalu.
“Mas,” Amara mengelus kepala suaminya. “Capek ya?”
“Hmmm.”
“Maaf ya.”
“Kalau aku bisa gantiin kamu kecelakaan, aku lebih rela aku aja yang celaka.”
“Jangan begitu. Aku jadi makin ngerasa bersalah karena nyusahin mas Evan.”
“Ara,” Evan mengangkat kepalanya. Dia menatap ragu istrinya. “Ikut aja yuk. Go with me,” ajaknya penuh harap. “Kita lanjutin pengobatan kamu di sana sekalian.”
“Mas.”
“K
