Di kamarnya, Amara tertinggal berdua dengan ibunya. Nendra yang tadi sempat terlelap lebih dari satu jam, baru saja diajak Bapak ke kantin untuk mencari kopi. Dia tampaknya memaksakan diri pulang lebih awal dari Surabaya setelah kemarin mendapatkan telepon dari IGD. “Ibu, Ibu yang ambilkan baju ganti buat Ara sama mas Evan?” “Enggak. Evan sendiri kemarin. Setelah mengurus bayi kalian, Bapak bilang Evan minta mampir kost untuk ambil perlengkapan kamu.” “Menurut Ibu, mas Evan gimana?” “Maksud kamu gimana?” “Udah gak ada lagi yang mengikat mas Evan dengan Ara sekarang.” Ibu tersenyum trenyuh. Ditepuknya pundak anak perempuannya dengan sayang. “Apa menurutmu hanya itu yang mengikat kalian selama ini?" “Ara harap ada yang lebih kuat dari itu. Tapi Ara gak yakin.” “Apa yang kamu takutkan