Nendra mengambil alih kursi di dekat ranjang Amara, membuat Evan duduk di ranjang, agak dibelakang Amara. Memposisikan diri agar Amara mudah bersandar padanya jika merasa lelah. “Sorry ya, Ra, aku udah di Surabaya waktu Evan telepon minta buat jemput kamu biar berangkat bareng,” ucap Nendra. Amara memiringkan kepalanya menengok Evan. “Mas Evan telepon Mas Nendra?” “Aku kuatir aja.” “Feeling Evan bisa diandelin berarti. Mas Ferdi mungkin bentar lagi sampai. Tadi katanya udah keluar tol lagi isi bensin. Doktermu siapa, Ra?” “Dokter Robby.” Nendra melirik Evan. Dia bukannya tidak tahu Evan dan Robby ada persaingan terselubung. “Aku sampai sini, Ara sudah dihandle dia,” aku Evan. “Jadi yang handle dari IGD juga dia? Pantes aku langsung ditelpon. Tapi syukur deh. Jadi bisa dapet fasilit