Berbeda ketika hamil Kai, kehamilan kali ini, Amara kerap merasakan tubuhnya seakan oleng. Evan sampai harus mengajak serta Kai ke kampus agar tak mengganggu ibunya yang mengalami mood swing. Kai menatap khawatir ibunya yang tampak lemas setelah beberapa kali mengeluarkan isi perutnya. “Hai, Bunda is fine, Kai,” Amara tersenyum. Dia mengulurkan tangan mengelus pipi Kai yang duduk bersila di atas kasur di dekatnya. Kai kemudian mencari ponsel Amara dan menyodorkannya pada ibunya. “Call him.” Amara mengernyit lalu menyimpan kembali ponselnya. Ia tahu maksud Kai yang memintanya menelpon Evan. “Bunda tidak apa-apa, Kai. Ayo keluar, Bunda sepertinya butuh teh panas.” Amara keluar kamar dan menyeduh teh dan menambahkan daun mint. Ia duduk di sofa, sementara Kai mengikutinya. “Kai main