Evan memeluk Amara dari belakang. Mengecup lembut pundak istrinya. Kai sudah tertidur sejak tadi di tempat tidurnya. Sejak bayi, mereka memang sudah memisahkan tempat tidur Kai meski masih di dalam kamar yang sama. Hanya sekali waktu saja mereka membawa Kai ke tempat tidur mereka. “Mas,” panggil Amara ragu. “Hmm.” “Aku sepertinya telat,” aku Amara. “Telat apa?” “Datang bulan.” Evan mengangkat kepalanya, menyangganya dengan satu tangannya. “Telat berapa hari?” “Tiga minggu lebih.” Dalam temaram lampu kamar, Amara bisa melihat senyum lebar suaminya. “Semoga benar hamil,” Evan mengelus perut Amara dengan lembut. “Besok kita cek sekalian ke dokter,” Evan kembali merebahkan kepalanya di bantal. “Mas gak apa-apa?” Amara berbalik menghadap suaminya. “Kai udah dua tahun. Gak apa-apa kan