Evan membuka matanya yang masih mengantuk saat sebuah tangan mendarat di wajahnya beberapa kali. “Kai, Ayah masih ngantuk. Bobok lagi aja yuk,” dia bermaksud mengajak Kai kembali merebahkan diri di kasur, tapi bocah itu kembali memukulkan tangannya ke wajah ayahnya. “Kai, kenapa? Jangan pukul Ayah dong,” Amara bergegas mendekat kemudian menarik mundur Kai, tapi anak itu kembali merangsek maju mendekati ayahnya. “Kai sarapan dulu yuk, sama Bunda,” bujuk Amara tapi bocah itu menggeleng keras sambil menatap sengit ayahnya. Evan akhirnya mengalah. Ia bangkit dari ranjang hingga membuat Kai berdiri dengan girang. “Yah,” Kai mengulurkan kedua tangannya pada Evan. “Ayah masih butuh tidur, Kai. Kai kan bisa sama Bunda dulu,” Evan meraih tubuh bocah itu dalam gendongannya. “No,” Kai memasang