Pagi itu, Evan berboncengan dengan istrinya ke rumah orang tua Amara dengan menggunakan motor Amara. Amara hanya membawa tas punggung berisi laptop dan beberapa keperluannya, serta satu tas tangan. Begitu pula dengan Evan, dia hanya menyandang satu tas punggung berisi keperluannya yang ia gendong di depan. Evan berpamitan dengan kedua orang tua Amara yang menunggu kedatangan mereka. “Gak diantar saja ke stasiun?” “Gak usah, Pak. Nanti malah Ara pulang sendirian. Biar naik ojek saja, barusan udah pesan.” “Hati-hati ya, Van.” “Nggih. Saya titip Ara ya, Pak, Bu.” Ibu tersenyum. “Ara aman insya Allah di sini. Kamu hati-hati di jalan.” Evan mencium tangan kedua mertuanya. Ada yang berbeda yang ia rasakan. Ia sudah kerap pergi ke tempat-tempat yang jauh, bahkan dalam waktu yang lebih lama