Robby menunduk mengetikkan sesuatu di komputernya, mengalihkan pandangannya dari tatapan terluka Davina. “Saya harus minta maaf sama dokter Davina nih kalau seperti ini,” ucap Amara. Robby hanya melirik sebentar tanpa berkomentar. Ia lalu berdiri dan memasang foto rontgen yang diterimanya tadi di alat yang berada di ruangannya, mengabaikan perasaan bersalahnya pada adik angkatnya itu. Gadis itu kini mungkin sedang mencari ruangan yang sepi untuk menangis. Robby mengecek semua hasil pemeriksaan, kemudian memberikan alternatif transfer pasien untuk Amara nantinya. Hingga akhirnya Amara dan Evan berpamitan. “Dok, kalau boleh menyarankan, berhentilah bermain-main. Dokter orang hebat. Dan dokter Davina sepertinya cocok untuk mendampingi Dokter Robby,” pesan Amara sebelum benar-benar keluar