“Mas Evan gak apa-apa kan tadi sama Mas Damar dan Mas Nendra? Mereka ngomong apa aja?” tanya Amara setelah menutup pintu kamarnya dari dalam. Evan menggeleng. “Emang kenapa?” “Aku khawatir Mas Evan kurang nyaman sama kebrisikan mereka. Biasanya mereka tidur di depan situ,” Amara menunjuk ruangan terbuka di balik tembok kamarnya. “Seringnya ngumpul di rumah ini?” “Iya. Udah kayak basecamp.” “Kalau aku gak bisa berbaur sama mereka…,” Evan menghela napas menghentikan kalimatnya. “Gak apa-apa. Mas Evan kan baru ketemu mereka sekali ini. Kan tuh brisik, manggil-manggil.” Amara naik ke atas kasurnya sementara dari luar terdengar namanya dipanggil beberapa kali. Lalu samar-samar terdengar suara ayahnya. “Bapak udah kayak satpam aja di bawah,” Amara terkikik. Evan duduk di atas kasur. Ia