Selepas subuh, Amara kembali lagi bergelung di balik selimutnya. Ia seperti enggan untuk bersiap berangkat. “Ra, gak kerja?” Amara menarik rapat selimutnya. “Kalau kamu kesiangan berangkatnya, aku jadi ikut telat ke kampus nanti.” “Aku berangkat sendiri aja ya.” “Enggak. Aku anterin,” tolak Evan tegas. Amara menatap lekat suaminya. Padahal ia bisa saja berangkat sendiri saja sehingga suaminya itu tidak bolak-balik. “Mas Evan nanti capek bolak-baliknya.” “Yang penting kamu sama bayi kita aman.” “Mas pulang ke Solo kan nanti malam?” “Ini Jumat. Kamu weekend mau pulang ke sini lagi atau gimana.” “Pulang ke sini. Tapi Sabtu pagi aja ya. Biar Mas gak bolak balik dua kali hari ini.” Evan mengangguk. “Iya. Ayo cepet. Kita sarapan di jalan nanti.” Dan seperti seorang anak kecil yang h