Sudah dua pekan ini Amara mengikuti ayahnya mengelola usahanya, sambil sekali waktu ia membantu beberapa dosennya yang membutuhkannya untuk memberikan konseling klinis. Beberapa kali ia pulang ke apartemennya menjelang maghrib, lebih sore dari suaminya. “Cie, rajin bener pak suami.” Amara menghampiri Evan begitu membuka pintu apartemen. Suaminya tampak sedang mengaduk sesuatu di panci. Dirangkulnya pundak Evan, dan dikecupnya pipinya membuat Evan tersipu. “Minggir sana. Kamu masih bau asem,” halau Evan menutupi kegugupannya. “Bikin apa?” Amara melongok isi panci tanpa menjauhkan tangannya dari pundak suaminya. “Kayaknya enak nih dari baunya.” “Mandi dulu sana.” “Udang kayaknya masih deh, Mas, kalau mau digoreng tepung.” “Udah aku kasih ayam sopnya. Buat besok lagi udangnya. Bikinin