Aurora POV
Tubuhku hampir saja kehilangan keseimbangannya saat mendapat pelukan mengejutkan dari seorang gadis yang tiba- tiba datang menghampiriku.
Aku hanya diam tak bergeming. Mencoba untuk melirik wajahnya yang berada di balik punggungku, tapi aku tidak bisa.
Lalu aku berganti melirik Kak Bima, seolah bertanya─ siapakah gadis yang sedang memelukku ini. Namun dia malah terkekeh melihatku.
“Itu Lily. Apa kau sudah lupa?” tanyanya.
“Kak Ella, hiks. Apa kau benar- benar sudah lupa kepadaku?”
Aku membulatkan mataku lebar. Sontak saja, aku langsung mendorong pundaknya dengan kasar, demi melihat wajahnya yang membuatku hampir tidak mengenalinya. Dan benar saja, setelah aku perhatikan dengan teliti, gadis ini benar- benar adikku yang sudah lama tidak ku temui. Ah, lebih tepatnya, Adik sepupu mantan suamiku.
“Lily, kau berubah sekali. Kakak sampai tidak mengenalimu,” ucapku seraya menghapus air matanya yang mengalir dengan deras.
Gadis itu semakin menangis dengan kencang. Kemudian ia kembali memeluk tubuhku dengan erat.
Aku terkekeh seraya mengusap punggungnya dengan lembut. Fisiknya memang berubah, tapi sikapnya masih tetap sama seperti dulu. Cengeng dan manja sekali.
“Sudah, jangan menangis. Malu, dilihat banyak orang,” ucapku menenangkannya.
“Naiklah ke mobil. Aku akan mengantar kalian,” suruh Kak Bima.
Aku mengangguk. Kemudian ku tuntun tubuh Lily untuk masuk ke dalam mobil. Setelah duduk di dalam, gadis itu langsung menyandarkan kepalanya di bahuku.
“Kakak pergi ke mana saja? Kenapa tidak pernah menemuiku?” tanyanya.
Aku tersenyum simpul. Ku usap sisa air matanya yang masih ada. Lalu ku sentil pelan bibirnya yang sedang cemberut.
“Kakak pergi jauh untuk memperbaiki diri,” jawabku.
“Aku penasaran, apa yang sudah terjadi pada Kakak, sampai bisa berubah seperti ini? Kakak tau? Tadi aku sempat mengira kalau Kakak itu Artis,” cerocosnya. Sedangkan aku hanya tertawa kecil menanggapinya.
“Hei, rubah kecil. Apa kau tidak tau, kakakmu itu sekarang sudah sukses menjadi Desainer terkenal di dunia,” sahut Kak Bima. Membuat Lily langsung menutup mulutnya dengan mata yang melotot lebar.
“Oh my Gosh, Aku benar- benar terkejut mendengarnya,” ucap Lily.
“Jangan melebih- lebihkan, Kak Bim. Aku tidak seterkenal itu,” sanggahku.
“Pantas saja, kau semakin cantik dan stylish. Aku yakin, Reyhan pasti semakin sulit melupakanmu jika aku menunjukkan fotomu yang sekarang,” ucapnya lagi.
Aku hanya tersenyum simpul. Dia sudah bertemu denganku, tadi. Bahkan sempat memelukku juga.
***
Pagi hari sekali, ketika Matahari baru saja terbit, Reyhan sudah berada di Kantor dengan ditemani oleh sekretarisnya yang paling setia selama ini. Saking setianya dengan Reyhan, pria itu sampai tidak memiliki waktu untuk berkencan. Hidupnya selama 24 jam ia abdikan pada Reyhan semua.
“Batalkan pertemuan dengan Perusahaan Pandawa,” ujar Reyhan seraya melempar kertas yang ia pegang ke atas meja kerjanya. Sedangkan Harry hanya melongo tak percaya.
“T-tapi itu Perusahaan Pandawa, mitra terbaik kita. Kalau kita batalkan, mereka bisa marah.” Harry menjelaskan dengan sedikit terbata- bata. Pasalnya, Perusahaan Pandawa ini memang sedikit sensitif jika menyangkut masalah pertemuan. Karena perusahaan mereka memang sangat disiplin. Jika akan ada acara pertemuan, mereka sudah menyiapkan dari jauh- jauh hari.
“Aku menyuruhmu untuk membatalkan pertemuan, bukan membatalkan kerja sama,” ketus Reyhan.
Harry tersenyum canggung seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Apalagi saat sang Bos sedang meliriknya sinis, ia hanya bisa tertawa cengengesan.
“Memang apa yang akan kau lakukan siang nanti? Tidak biasanya, kau membatalkan pertemuan besar seperti ini.”
“Aku akan menemui Mr. Jo.”
“Oh iya, Apa Desainer baru itu sudah mulai bekerja hari ini?” tanya Harry. Membuat Reyhan langsung menatapnya.
“Aku tidak tau,” jawab Reyhan cuek.
“Bukankah kau mengenalnya?” tanya Harry memancing.
“Itu bukan urusanmu. Lebih baik kau temui Dokter Lee, sekarang. Obatku sudah habis,” ketus Reyhan.
“Siap, Tuan muda,” balas Harry seraya membungkukkan badannya. Setelah itu, ia langsung bergegas pergi keluar dari ruangan besar tersebut.
Tak berselang lama, Zion masuk dengan raut wajah yang terlihat sangat lemas.
“Kak ...” Panggil Zion seraya mendudukkan dirinya di sofa panjang.
“Hmm,” sahut Reyhan.
“Aku sedang dalam masalah besar.”
Ucapan Zion mampu menarik perhatian Reyhan yang sedang sibuk menanda tangani berkas. Pria itu lantas meletakkan penanya di meja, lalu berganti menatap Adik sepupunya yang terduduk lemas di sofa.
“Aku tertangkap kamera saat sedang berciuman dengan wanita lain. Dia mengancamku akan menyebarkan fotonya, kalau aku tidak menuruti permintaannya. Bagaimana ini? Reputasi keluarga kita akan hancur, kalau aku ketahuan selingkuh dari Jessica.”
Jessica adalah seorang Influencer yang sangat terkenal dengan jumlah followers puluhan juta. Jika masalah ini terdengar sampai ke telinganya, maka tamatlah riwayat hidup Zion. Karena wanita itu pasti akan menyebarkannya di sosial media, yang tentunya akan berdampak buruk pada keluarga dan juga Perusahaan.
“Bukan reputasi keluarga saja yang akan hancur, tapi reputasi Perusahaan juga,” sahut Reyhan.
“Lalu aku harus bagaimana?” tanya Zion, yang terlihat sangat frustasi saat ini.
“Siapa orangnya?”
Bukannya menjawab, Zion malah bertanya balik. “Siapa? Selingkuhanku?”
“Yang memotretmu,” jawab Reyhan memperjelas.
Zion meneguk ludahnya kasar. Kemudian dengan wajah yang sedikit ketakutan, ia pun menjawab, “Mayang.”
***
“Iya, aku masih ada urusan hari ini. Nanti pulang ke Bogor kalau urusannya sudah selesai.”
Aurora berjalan ke balkon hotelnya untuk menjemur handuk yang baru saja ia pakai keramas, sambil terus berbicara dengan seseorang lewat telepon.
“Cepat selesaikan urusanmu! Ibu sudah tidak sabar ingin memukulmu dengan sapu lantai.”
Aurora terkekeh. “Kenapa kau tega sekali? Anakmu ini baru pulang dari Luar Negeri, dan kau malah ingin memukulknya? Benar- benar tidak berperi- kemanusiaan,” balasnya dramatis.
“Itu hukuman buatmu, karena pulang ke Indonesia tanpa mengabari Ibu lebih dulu.”
“Aku ingin membuat kejutan, tapi rupanya mulut Bibi Ratih tidak bisa diajak bekerja sama. Lihat saja, aku akan mencubit pantatnya nanti,” ujar Aurora. Yang berhasil membuat ibunya langsung tertawa.
“Ya sudah. Ibu mau ke kebun dulu. Nanti Ibu telepon lagi kalau ada waktu luang.”
“Iya. Sampai jumpa besok.”
Setelah panggilan teleponnya sudah terputus, Aurora langsung meletakkan ponselnya di atas meja, lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
Setengah jam lagi, ia akan pergi dengan Istri Mr. Jo untuk sarapan bersama.
“Yah, aku lupa tidak membawa topi,” gumamnya seraya membongkar kopernya.
Tak lama kemudian, ponselnya kembali berdering. Dengan cepat, Aurora langsung mengambilnya dan mengangkat panggilan yang berasal dari Bima.
“Iya, Kak Bim?”
“Aku ingin mengajakmu pergi makan bersama. Apa kau sibuk?”
“Ya. Aku ada janji dengan seseorang pagi ini.”
“Kalau begitu, akan akan menjemputmu nanti siang.”
“Aku tidak bisa janji, karena aku masih ada urusan dengan Mr. Jo.”
“Ya sudah. Sebisamu saja.”
“Nanti malam mungkin, aku tidak sibuk.”
“Baiklah. Aku akan menjemputmu nanti malam.”
“Iya.”
“Bersiaplah. Sebentar lagi akan ada seseorang yang mengantar sesuatu untukmu.”
“Hah?”
Tepat setelah itu, bel di kamarnya berbunyi. Sontak saja Aurora langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Bima dan melempar ponselnya ke kasur. Lalu setelah itu, ia buru- buru berjalan untuk membuka pintu kamarnya.
“Permisi, atas nama Aurora?”
Seorang Karyawan Hotel berdiri di depannya sambil tersenyum manis, dengan membawa satu buket bunga berukuran besar.
Aurora mengangguk. Kemudian ia lantas menerima buket yang diserahkan oleh Karyawan tersebut.
“Terima kasih,” ujar Aurora.
Aurora tersenyum simpul. Tidak menyangka, jika Bima masih mengingat bunga kesukaannya. Selain memiliki kelopak yang sangat cantik, bunga lily ini memiliki filosofi yang melambangkan arti kesucian dan ketulusan. Maka dari itu, Aurora sangat menyukainya.
Melihat ada secarik kertas kecil yang terselip di tengah- tengah bunganya, Aurora pun lantas mengambilnya dan membacanya sambil berjalan masuk ke dalam kamarnya lagi.
Lily cantik untuk Aurora yang cantik.
Selamat beraktivitas. Semoga hari- harimu menyenangkan.