Sebelas

1148 Kata
Hari ini adalah hari di mana acara seminar di Perusahaan Heaven diadakan. Mengingat ini adalah event terbesar Perusahaan Heaven di setiap tahunnya, jadi tak heran jika banyak sekali peminatnya. Tak hanya para anak muda, semua Karyawan Perusahaan Heaven juga turut serta memeriahkan acara. Khusus hari ini, mereka dibebaskan dari pekerjaan. Akan tetapi, sebagian dari mereka diminta untuk menjadi panitia acara. Berkat antusiasme para peserta, Kantor Perusahaan Heaven saat ini terlihat sangat ramai. Ratusan peserta mulai memasuki gedung aula yang berada di lantai empat. Saking banyaknya peserta yang datang, mereka semua sampai berjejer di depan lift untuk mengantre naik ke atas. Bahkan ada juga yang rela menaiki tangga karena tidak tahan dengan antrean yang begitu panjang. Suasana di dalam aula juga sudah mulai ramai. Para panitia mulai sibuk dengan pekerjaannya masing- masing. Ada yang sibuk membagikan bingkisan makanan di setiap kursi, ada yang sibuk membenarkan microphone, dan ada pula yang sibuk menata kursi di atas panggung. Sedangkan sebagian peserta yang sudah berada di dalam, asik berbincang dengan temannya masing- masing. “Aku tidak sabar ingin melihat wajah asli Aurora. Apakah dia juga cantik seperti di foto?” “Sama. Melihatnya foto bersama Jack Daniel, aku jadi mengaguminya. Dia terlihat sangat cantik dan berkelas.” Jack Daniel adalah seorang Pesepak Bola Perancis yang saat ini sedang populer dikalangan para remaja. Dia pernah dirumorkan dekat dengan Aurora, tapi sampai saat ini belum ada konfirmasi yang jelas dari kedua belah pihak. “Dia bahkan tidak terbanting, saat foto di samping Jack Daniel.” “Benar. Aku jadi penasaran, apakah mereka benar- benar berkencan?” “Kurasa, iya. Mereka terlihat sangat dekat dan sering tertangkap Paparazi.” “Sebenarnya aku sakit hati, melihat suami masa depanku berkencan dengan orang lain. Tapi tidak apa- apa, ku maafkan karena pasangannya secantik Aurora.” “Aku juga. Aku ikhlas, kalau dia berkencan dengan Aurora. Dari sekian banyaknya wanita yang dirumorkan dengan dia, hanya Aurora yang terlihat sangat positif.” “Aku sebenarnya malas mengikuti seminar. Tapi setelah melihat wajah Aurora terpampang di poster, aku langsung membatalkan semua jadwalku dan berangkat ke sini. Kapan lagi bisa bertemu dengan Desainer hebat seperti dia?” “Kurasa banyak orang yang datang karena Aurora. Tahun kemarin tidak sebanyak ini pesertanya.” Perbincangan keempat gadis itu pun terhenti, ketika para pengisi acara seminar mulai memasuki aula. Mereka juga tidak sadar jika ratusan bangku di ruangan ini sudah hampir terisi penuh. Itu artinya, sebentar lagi acara akan dimulai. Lalu tak lama kemudian, seorang wanita cantik dengan balutan gaun blazer berwarna putih tulang berjalan memasuki ruangan dengan langkah yang anggun. Bak seorang Artis papan atas, saat ini semua mata sedang tertuju kepadanya. Bahkan ratusan ponsel saat ini juga sedang menyorot dirinya, disertai dengan suara orang- orang yang memanggil namanya. “AURORA!” “Aurora, lihatlah ke sini!” “Ya Tuhan, dia bahkan lebih cantik aslinya.” “AURORA, I LOVE U SO MUCH!” Aurora hanya tersenyum sembari melambai- lambaikan tangannya. Ia sendiri masih heran, kenapa banyak sekali orang yang mengenalnya dan memperlakukan dia layaknya seorang Artis yang terkenal. Padahal ia merasa biasa- biasa saja. Sementara itu di barisan paling belakang, Reyhan hanya melihatnya sambil tersenyum tipis. Aurora pun lantas naik ke atas panggung, dan bergabung bersama sang Moderator dan Notulen yang sudah duduk di sana. Kemudian setelah itu, sang pembawa acara yang sudah berdiri di samping panggung lantas menyalakan microphonenya. Detik ini juga, acara seminar yang bertajuk “Fashion Design Assembling for Beginner” resmi dimulai! Plok plok plok. Suara tepuk tangan yang meriah mengiringi pembukaan acara seminar yang resmi dimulai. Setelah sang pembawa acara selesai berbicara, kini berganti moderatornya yang mulai membuka suara. Kemudian setelah itu, dilanjut sang Narasumber yang mulai memberikan materi yang berkaitan dengan tema seminar hari ini. *** Di tempat yang berbeda, seorang wanita cantik dengan wajah yang berseri- seri sedang berjalan memasuki Mansion keluarga Lewis dengan membawa paper bag berukuran besar. “Selamat pagi, Bibi,” sapanya pada Monica yang baru saja turun dari tangga. “Eh, pagi, Yuki. Mau bertemu Nena, ya?” sahut Monica seraya berjalan menghampiri wanita itu. Wanita yang bernama Yuki itu pun mengangguk seraya tersenyum manis. Kemudian ia mengikuti Monica yang berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. “Apa Nena sedang tidur?” tanyanya. “Tidak. Hanya istirahat saja,” jawab Monica. “Apa aku boleh melihatnya?” “Tentu saja. Datanglah sendiri ke kamarnya. Bibi sedang lapar, jadi tidak bisa mengantarmu. Tidak apa- apa, kan?” Yuki menggeleng sambil tersenyum manis. “Tidak apa- apa. Lagi pula aku sudah terbiasa ke rumah ini, jadi tidak mungkin tersesat.” Namanya Yuki Etsuko, wanita cantik berdarah Indo- Jepang yang bersahabat dengan Reyhan dan Bima sejak kecil. Dulu saat masih kecil, rumahnya bertetangga dengan rumah Reyhan. Tapi semenjak bisnis orang tuanya bangkrut, ia ikut orang tuanya pindah ke Jepang. Lalu pulang lagi ke Indonesia ketika sudah lulus kuliah. Sebenarnya hubungannya dengan Reyhan sudah tidak sedekat dulu. Namun ia selalu berusaha untuk mendekati pria itu lagi, supaya persahabatan mereka tetap terjaga. “Kak Yuki ....” Baru saja Yuki akan membuka pintu kamar Lina, namun sudah terdengar suara Zion yang memanggilnya. “Iya?” sahut Yuki. Pria itu keluar dari kamarnya dengan memakai setelan jas berwarna abu- abu, sambil memasangkan jam tangan di tangan kirinya. “Apa kau mau ikut ke Kantor? Hari ini ada acara seminar,” ujar Zion. Yuki terlihat berpikir sebentar. “Emm ... apa Reyhan juga ada di sana?” tanyanya. “Tentu saja. Dia sudah berada di sana sejak tadi pagi.” “Tunggu sebentar. Aku mau menjenguk Nena dulu.” “Baiklah. Aku tunggu di bawah.” “Okey, lima menit lagi aku akan turun.” *** Selesai acara, Aurora beristirahat di ruangan yang sudah disediakan secara khusus untuk para pengisi acara. Di sana, ia berbincang- bincang sambil makan- makan bersama para pengisi acara. Lalu tak lama kemudian, terlihat sang Presdir dan sekretarisnya memasuki ruangan dengan membawa empat paper bag yang entah isinya apa. Mereka berdua menghampiri para pengisi acara yang sedang asik makan bersama di meja bundar. Kemudian setelah itu, Harry memberikan satu persatu paper bagnya kepada keempat orang tersebut. “Terima kasih sudah berkenan mengisi acara di Perusahaan kami. Kami merasa terhormat dengan kehadiran anda. Semoga suatu saat nanti, kita bisa bekerja sama lagi.” Reyhan berkata pada Aurora dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Terkesan sedikit sombong memang, karena seharusnya ia mengajak Aurora bersalaman sebagai tanda terima kasih, tapi ia tidak mau mengganggu Aurora yang sedang makan. Aurora meletakkan garpu dan sendoknya, kemudian ia menatap Reyhan dengan senyuman tipisnya. “Sama- sama,” balasnya singkat. “Aurora, bolehkah aku bertanya?” tanya seorang wanita berkaca mata yang tadi bertugas sebagai Notulen. Aurora menganggukkan kepalanya. Membuat senyuman di bibir wanita itu langsung merekah. Sedangkan Reyhan memilih untuk tetap berdiri di situ, karena ia juga penasaran dengan pertanyaan yang akan diajukan oleh wanita itu. “Apa benar, kau berkencan dengan Jack Daniel?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN