Mobil yang ditumpangi oleh Aurora dan Mr. Jo sudah sampai di kantor perusahaan Heaven. Mereka berdua turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam perusahaan tersebut.
Di depan pintu, mereka di sambut oleh beberapa penjaga yang sedang memberikan salam hormat pada Mr. Jo. Kemudian ketika mereka berjalan di lobby, banyak sekali sepasang mata yang melihat ke arah Aurora. Mungkin karena Aurora orang asing, atau karena penampilannya hari ini sangat memukau.
“Mr. Jo, Presdir sudah menunggu di ruangannya,” ucap seorang pria yang tadi berlarian menghampiri Mr. Kemudian pria itu berlari lagi untuk membukakan lift yang akan dinaiki oleh Aurora dan Mr. Jo.
Setelah pintu lift terbuka, mereka bertiga lantas masuk ke dalam. Dengan posisi Mr. Jo di depan, Aurora dan pria itu di belakang.
“Ini Sekretaris Presdir. Namanya Harry,” ucap Mr. Jo. Memperkenalkan pria itu pada Aurora.
“Oh. Hai, Mr. Harry. Nice to meet you,” sapa Aurora dengan menunjukkan senyuman manisnya.
“Senang bertemu denganmu juga, Nona cantik,” balas pria itu seraya tersenyum malu- malu.
“Dia ini putriku. Awas saja kalau kau berani menggodanya,” ucap Mr. Jo dengan tegas sambil mengangkat satu jari telunjuknya. Membuat Aurora langsung tertawa kecil melihatnya.
Pintu lift terbuka. Mereka lantas berjalan keluar dengan dipimpin oleh Harry. Kemudian setelah sampai di ruangan Presdir, Harry langsung membuka pintunya dan mempersilahkan mereka untuk segera masuk.
“Silahkan masuk,” ujar Harry.
Aurora mengikuti Mr. Jo di belakang. Dia melihat- lihat ruangan yang sangat bagus dan mewah ini. Di depan sana, terlihat ada seorang pria yang duduk di kursi kerja sambil menghadap ke jendela. Jadi Aurora tidak bisa melihat wajahnya.
“Ehm. Presdir, Mr. Jo sudah datang,” ucap Harry.
Secara perlahan, pria itu memutar kursinya ke belakang. Menghadap Aurora dan Mr. Jo yang sudah berdiri di depannya.
Sedetik kemudian, Pria itu dan Aurora sama- sama terperangah kaget. Bahkan jantung Aurora sampai berdetak dengan sangat kencang, karena saking kagetnya.
Cukup lama, mereka berdua saling tatap satu sama lain dengan suasana yang terasa sangat canggung. Mereka berdua sama- sama terlihat shock seperti orang yang baru saja betemu dengan hatu. Badan tegang, dan tidak sanggup untuk berbicara.
Sedangkan Mr. Jo dan Harry hanya bisa terheran- heran melihatnya. Mereka tidak tau, apa yang sedang terjadi pada kedua orang itu.
“Mr. Jo, sepertinya aku harus pulang lebih dulu,” ucap Aurora sambil terus menatap pria itu dengan mata yang berkaca- kaca.
Kemudian tanpa berlama- lama lagi, wanita itu langsung berlari keluar dari ruangan tersebut.
“Ella, tunggu!” teriak pria itu, seraya berdiri dari duduknya dan berlari mengejar Aurora yang sudah keluar dari ruangan.
“Ella? Kenapa dia tau nama aslinya Aurora?” gumam Mr. Jo terheran- heran.
“Sepertinya mereka berdua saling kenal,” sahut Harry.
“Mungkin,” ucap Mr. Jo.
***
Sebelum pintu lift benar- benar tertutup, Reyhan langsung sigap menahannya dengan meletakkan tangannya di tengah- tengah pintu lift. Hingga membuat pintu lift tersebut kembali terbuka dengan lebar.
Dengan napas yang terengah- engah, Reyhan menatap wanita itu yang juga sedang menatapnya dengan mata yang berkaca- kaca.
“Kita bicarakan baik- baik,” ucapnya dingin.
Kemudian ia lantas berdiri di samping Aurora dan memencet tombol lift untuk turun ke bawah.
Sesampainya di lantai bawah, Reyhan langsung menarik tangan Aurora untuk keluar dari lift. Melihat pemandangan sang Presdir yang sedang menggandeng tangan seorang wanita, tentu saja semua Karyawan terheran- heran melihatnya. Karena ini baru pertama kalinya, mereka melihat seorang Reyhan berjalan berdampingan dengan seorang wanita yang bukan keluarganya.
“Lepas, Rey,” kesal Aurora seraya berusaha untuk menghentakkan tangan Reyhan. Namun sialnya, pria itu malah mencengkeram tangannya dengan erat.
Para satpam yang sedang berjaga di depan gedung pun mengerti jika sang Bos sedang terburu- buru saat ini. Maka dari itu, mereka langsung membantu membukakan pintu mobil dengan cepat.
Begitu sampai di depan pintu mobil, Reyhan langsung memaksa Aurora untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Diikuti oleh dirinya yang memilih duduk di samping wanita itu. Kemudian tanpa berlama- lama lagi, ia langsung menyuruh sang Sopir untuk mengendarai mobilnya.
“Lama tidak bertemu.”
Itulah kata- kata pertama yang keluar dari mulut Reyhan setelah cukup lama terdiam.
“Kau sudah banyak berubah,” ucapnya lagi. Sedangkan Aurora masih betah berdiam diri, dengan mata yang terus melihat ke jendela mobil.
“Bagaimana hari- harimu selama ini? Apakah menyenangkan?”
“Tentu saja.”
Setelah sekian lama terdiam, akhirnya Aurora mau membuka suaranya juga. Meskipun matanya belum mau menatap pria yang duduk di sebelahnya.
“Kau─ pergi ke mana saja?” tanyanya.
“Ke mana pun aku pergi, itu bukan urusanmu!”
“Kelihatannya kau hidup dengan sangat baik selama ini.”
“Tentu saja. Aku bahkan sangat mencintai kehidupanku yang sekarang.”
“Kau─ tidak bertanya tentang kabarku?”
“Untuk apa? Itu bukan urusanku.”
Seketika Reyhan langsung menundukkan kepala sembari menghembuskan napasnya kasar. Ucapan ketus Aurora benar- benar membuat hatinya gelisah. Padahal ia sudah bertanya dengan sangat lembut dan berhati- hati. Namun balasan Aurora malah seperti itu.
“Kau yang akan menggantikan Mr. Jo?” tanya Reyhan. Mulai membuka pembicaraan lagi.
“Tenang saja. Aku akan membatalkan semuanya dan kembali ke kehidupanku yang sebelumnya,” balas Aurora.
“Perusahaan Heaven sangat membutuhkanmu. Kalau kau merasa tidak nyaman karena aku, aku akan mengundurkan diri sementara,” ujar Reyhan. Membuat Aurora langsung menatapnya sinis.
“Kau presdirnya! Bagaimana mungkin kau mengundurkan diri?!” kesal Aurora.
“Bahkan jika kau menyuruhku untuk sujud di depanmu, akan ku lakukan sekarang juga. Asal kau mau menggantikan pekerjaan Mr. Jo.”
Aurora mendesis kesal. Ia benar- benar merutuki dirinya sendiri. Bisa- bisanya ia terjebak dalam situasi seperti ini. Dan lagi, kenapa otaknya tidak bisa mengingat jika Perusahaan Heaven ini milik keluarga pria yang duduk di sampingnya ini. Huft... menyesal pun tidak ada gunanya.
“Kau tidak berubah, Reyhan! Kau masih sangat menyebalkan! Kau selalu berhasil membuatku mengalah padamu,” geram Aurora.
Wanita itu kembali memalingkan wajahnya ke jendela dengan wajah yang semakin cemberut. Sedangkan Reyhan hanya tersenyum simpul melihatnya.
Detik berikutnya, hal yang tak terduga pun terjadi. Dengan gerakan lembut, Reyhan menarik tubuh Aurora ke dalam pelukannya. Hingga membuat wanita itu langsung membulatkan matanya lebar.
Reyhan mendekap tubuh wanita itu dengan penuh kasih sayang. Tangannya tergerak untuk mengusap surai lembut wanita itu, dan matanya terpejam menikmati kehangatan yang sudah lama tidak ia rasakan.
Sementara itu, Aurora hanya bisa terdiam membatu atas semua perlakuan yang dilakukan oleh pria itu.
“I miss you, Ella.”