Dua

1310 Kata
“Nena dengar, Mr. Jo akan kembali ke Paris. Apa itu benar?” tanya seorang wanita lansia yang saat ini sedang sarapan bersama dengan anak dan cucu- cucunya. “Loh, bukannya sebentar lagi akan diadakan acara seminar? Kalau Mr. Jo tidak ada, siapa yang akan jadi guest starnya?” tanya seorang gadis cantik, yang tak lain adalah Lily. Cucu bungsu dari keluarga Lewis. “Desainer dari Paris. Muridnya Mr. Jo,” sahut pria tampan berwajah dingin yang saat ini sedang berusaha memotong daging dengan garpu dan pisaunya. Dia adalah Reyhan Mike Lewis. Cucu sulung keluarga Lewis sekaligus Presiden Direktur Perusahaan Heaven. Ia baru saja diangkat menjadi seorang Presdir pada tahun kemarin, setelah sang Kakek menghembuskan napas terakhir di dunia. Sejak kecil, ia dibesarkan oleh Kakek dan neneknya. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih berusia tiga tahun. Lalu ibunya pergi meninggalkannya, dan ayahnya meninggal dunia saat ia berusia sepuluh tahun. Di lihat dari luar, kehidupan Reyhan memang sangat indah dan luar biasa. Terlahir dari keluarga sendok emas, pewaris Perusahaan besar, harta berlimpah, wajah rupawan, dan disegani banyak orang. Namun siapa sangka, ternyata ia menyimpan sebuah kepedihan yang sangat menyakitkan. Hingga membuatnya berubah menjadi sosok yang sangat pendiam seperti ini. Padahal dulunya, ia adalah sosok laki- laki yang sangat ceria dan selalu menghibur keluarga. “Lalu siapa yang akan menggantikan projectnya Mr. Jo?” tanya seorang laki- laki yang tak kalah tampan dari Reyhan. Dia adalah Zion Mackenzie Lewis, saudara sepupu Reyhan sekaligus Kakak kandung Kimberly Lewis, atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Lily. Mereka berdua juga ikut bekerja di perusahaan milik keluarga. Zion sebagai Manajer pemasaran dan Lily sebagai Kepala Departemen Produksi. “Masih belum dibicarakan lagi. Mr. Jo masih berusaha membujuk Desainer itu untuk menggantikan projectnya,” jawab Reyhan. “Eh, ini kok tidak ada yang memakan ayamnya? Ayo dimakan, Mommy sudah masak banyak loh,” sahut ibunya Zion dan Lily dengan heboh. Ia paling tidak suka, jika membicarakan pekerjaan ketika sedang makan. Makanya ia selalu berusaha untuk mencairkan suasana. Namanya adalah Monica. Satu- satunya Ibu- ibu yang berada di rumah ini. Tidak heran, jika ia selalu cerewet dan mudah emosi. Karena ia merawat seorang Nenek- nenek dan tiga anak sekaligus. Apalagi Nenek- nenek yang ia rawat adalah seorang Nenek- nenek hedon yang hobi berbelanja barang- barang mahal. Sedangkan ketiga anak yang ia rawat memiliki karakter yang sangat berbeda. Yang satu dingin, sedingin gunung everest. Yang satu bandel dan suka melawan. Yang satunya lagi manja dan suka menghabiskan uang, persis seperti neneknya. “Kak, hari rabu Lily boleh izin kerja, kan? Lily ingin menghadiri fan meeting idola Lily,” ujar Lily. “Tidak boleh,” sahut Reyhan cuek. Membuat Lily langsung mengerucutkan bibirnya kesal. “Kalau begitu, Lily izin pulang lebih awal ya. Fan meetingnya diadakan sore hari soalnya. Boleh, kan? Ayolah, ini kesempatan besar buat bertemu idola Lily,” bujuknya. “Kalau begitu, sekalian kemasi semua barang- barangmu. Tidak usah bekerja lagi,” balas Reyhan. Membuat Lily langsung membulatkan matanya lebar. Sementara itu, Zion sedang berusaha mati- matian menahan tawanya. “Kak Rey jahat, ih. Masa begitu saja langsung dipecat,” kesal Lily. “Heh, sudah, sudah. Ayo dimakan dulu makanannya. Ini sudah jam tujuh lebih,” lerai Monica. *** Pukul 10. 00, ada seorang wanita cantik yang memasuki rumah bergaya Eropa dengan membawa parcel buah dan beberapa paper bag yang entah isinya apa. “Wow, Aurora... you look so beautiful. I like your dress,” ujar seorang wanita paruh baya sembari berjalan menghampiri wanita yang bernama Aurora tersebut. “Thank you, Madam Liana. You also look very pretty,” balas wanita itu. Mereka pun berpelukan sambil cipika- cipiki. Melepaskan kerinduan yang sudah lama terpendam. “Ayo, duduk dulu. Mr. Jo masih bersiap- siap di kamar,” ajaknya. Aurora menurut. Ia ikut duduk di sofa besar yang berada di ruang tamu. Kemudian ia menerima satu gelas air yang diberikan oleh wanita paruh baya tersebut. “Bagaimana kabarmu selama di Paris? Sudah lama sekali, kau tidak menghubungiku,” ujar Liana. “Sangat baik. Akhir- akhir ini, aku sangat sibuk. Jadi tidak sempat untuk menghubungi siapapun. Kalau tidak disuruh Mr. Jo pulang ke sini, mungkin aku sudah berada di Melbourne sekarang,” jawabnya. “Untuk apa?” “Menghadiri acara ulang tahun Guru besarku,” jawabnya lagi. Membuat Liana langsung tersenyum menggoda sambil mencolek- colek tangannya. “Ulang tahun Mr. Levi, kan?” tanya Liana. Membuat Aurora langsung tersenyum cengengesan. “Asal kau tau. Hampir setiap hari, istri Mr. Levi menghubungiku. Mereka masih bersikeras buat menjadikanmu sebagai menantunya. Padahal aku sudah menjelaskan berkali- kali, kalau kau itu masih trauma dengan pernikahan,” cerocos Liana menceritakan dengan begitu semangat. Sedangkan Aurora hanya tertawa sambil geleng- geleng kepala mendengarnya. “Hei, murid cantikku!” sapa seorang pria paruh baya dari atas tangga. Mendengar itu, Aurora lantas berdiri dari duduknya dan memberikan sambutan pada pria itu dengan menundukkan setengah badannya. Pria itu turun dari tangga sambil terus terkekeh. Kemudian ketika ia sudah berada di bawah, Aurora langsung menghampirinya dan memeluknya dengan cukup erat. “Nice to meet you, Mr. Jo,” ujar Aurora. Membuat pria itu kembali terkekeh. “Akhirnya, kau pulang juga. Aku kira, kau akan memilih menghadiri acara ulang tahun Levi,” ucap Mr. Jo. “Mana mungkin aku mengkhianatimu. Aku bahkan rela melawan rasa traumaku demi Guru yang sudah membuatku seperti ini sekarang,” balas Aurora. Dulu saat pertama kali menginjakkan kaki di Paris, Aurora memang diperkenalkan oleh temannya dengan Desainer hebat, yang tak lain adalah Mr. Jo. Selama dua tahun, ia pernah belajar menggambar dan menjahit secara pribadi dengan Mr. Jo. Hingga pada akhirnya, Mr. Jo memutuskan untuk pindah ke Indonesia, karena mendapatkan tawaran yang sangat fantastis dari perusahaan Heaven untuk menjadi Desainer produk di perusahaan tersebut. Istri Mr. Jo, atau Madam Liana memang asli Indonesia. Tapi semenjak menikah dengan Mr. Jo, ia ikut tinggal di Paris. Dan baru kembali ke Indonesia pada tiga tahun yang lalu, saat Mr. Jo mendapat tawaran untuk bekerja perusahaan Heaven. “Ya ya ya, terima kasih. Kalau bukan karena hal mendesak, aku juga tidak akan memaksamu untuk kembali ke sini. Maaf ya,” ucap Mr. Jo seraya mendudukkan dirinya di sofa. Diikuti oleh Aurora dan istrinya. “Tidak masalah. Aku juga sudah rindu dengan kampung halamanku,” balas Aurora seraya tersenyum lebar. “Bagaimana perkembangan bisnis fashionmu?” tanya Mr. Jo. “Sangat baik. Brand Aurora mulai terkenal semenjak dipromosikan oleh Kim Hanna, bintang dunia yang sangat populer saat ini,” jawab Aurora. “Aku juga sudah mendengar dari Liana. Katanya, produkmu sudah mulai diimpor ke berbagai negara.” “Ya, aku sendiri tidak menyangka kalau akan berkembang luas secepat ini.” “Bagaimana ceritanya, produkmu bisa dipromosikan oleh bintang dunia?” tanya Liana menyahuti. “Sangat lucu sih, sebenarnya. Karena ini murni ketidak sengajaan. Jadi waktu menghadiri acara after party fashion show, aku bertemu dia dan tidak sengaja menumpahkan minuman ke bajunya. Kebetulan aku sedang membawa baju terbaru yang akan dilaunching. Jadi aku berikan saja kepadanya sebagai permintaan maaf. Eh tidak taunya, bajunya malah viral dan langsung diserbu oleh penggemarnya. Bahkan kita sampai restock berkali- kali, karena permintaan dari penggemarnya,” jelas Aurora. “Kau memang sangat hebat. Kau layak untuk mendapatkan ini semua. Selama ini, kau sudah berusaha dengan keras,” ucap Mr. Jo. Membuat Aurora langsung tertawa kecil. “Terima kasih. Ini semua berkat Mr. Jo dan Mr. Levi yang selalu sabar membimbingku sampai bisa menjadi seperti ini.” Lagi- lagi Mr. Jo hanya terkekeh. Sedangkan istrinya terus menatap Aurora dengan tatapan kagum sedari tadi. “Bagaimana? Kau sudah mempertimbangkan tawaranku untuk menggantikan pekerjaanku di Perusahaan Heaven?” tanya Mr. Jo. Aurora mengangguk dengan semangat sambil tersenyum manis. “Aku setuju. Lagi pula hanya sementara, kan? Aku hanya menggantikanmu sampai urusanmu selesai saja,” ucapnya. “Ya sudah. Ayo ikut aku ke Perusahaan Heaven sekarang,” ajak Mr. Jo.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN