Sebelum Kasih beraksi, melabrak Bilal serta mengintimidasi pria itu, Biantara sudah terlebih dulu memanggil pria bernama Bilal ke ruang rapat yang berada di lantai enam. “Nama kamu Bilal, benar?” tanya Biantara kepada pria yang duduk di kursi seberangnya. “Benar, Pak.” “Apa benar—” “Kamu yang menaruh bunga dan kalung itu?” tanya Kasih memotong ucapan Biantara. Kasih yang duduk di kursi yang berada di samping Biantara menatap Bilal dengan sorot mata mengancam dan mengintimidasi. Dengan bingung Bilal menganggukkan kepala. “Iya. Tadi pagi—” “Apa tujuanmu mengirimiku buang dan kalung itu?” tanya Kasih menatap tajam ke arah Bilal. “Terutama kalung itu,” tambahnya dengan suara pelan yang terdengar menakutkan. “Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?” katanya. “Tunggu, aku—” “Kamu ju