"Sedikit lagi, Liv. Kau pasti bisa, Sayang." "Argh .... " Beberapa tahun yang lalu, tepatnya saat Olivia berjibaku dalam kepayahan proses melahirkan, sosok Theo sebagai suami siaga tak perlu diragukan lagi. Terlebih, ada beberapa masalah pada kehamilan Olivia sampai wanita itu terpaksa harus diinduksi, dituntut melahirkan bayinya lebih cepat dari tanggal HPL (Hari Perkiraan Lahir) dari dokter. Saat pertama kali mendengar tangisan bayi laki-laki tak berdosa itu, air mata Theo luruh membasahi pipi. Kedua tangannya menggendong untuk pertama kali makhluk yang biasa disebut dengan sebutan bayi. Theo sama sekali tak memikirkan status ayah biologis sang bayi melainkan larut dalam setiap gerakan mengagumkan khas bayi mungil. Pipinya yang masih merah berisi disertai tangisan polos yang kha

