Anggita baru akan mengetuk pintu dan memanggil sang putra, malah urung saat mendengar suara Althaf tampak tengah berbicara. Pasti sedang menelepon. Ia menunduk pada cucu kecilnya, Rara yang masih belum tidur. Niatnya mau urungkan saja memanggil Althaf, apalagi Rara terus menunjuk pintu tersebut seolah tahu ada pamannya di dalam yang ia rindukan sebab seharian bekerja. “Ya sudah kita panggil Om Al,” Ibu mengetuk pelan, “Al, Ibu masuk ya?” “Sebentar, Bu...” saut dari dalam, Ibu tidak memaksa masuk sebab anaknya sudah bujang kecuali ia sengaja bangunkan untuk subuh saat Althaf kesiangan. Rara belum apa-apa sudah tertawa-tawa, mendengar suara omnya. Tidak lama pintu dibuka, Althaf menyengir melihat Ibu dan Rara. Sementara Ibu langsung berdecak, “lho kok masih pakai baju kerja? Belum ma