Veronica (21++)

1722 Kata
Mengandung konten kekerasan sеksual. Bagi yang tidak berminat, boleh dilewati. “Tuan Xavier…” Suara ketukan di pintu dan suara Marissa yang memanggil membuat Xavier mengangkat kepalanya dari dokumen-dokumen yang sedang dibacanya. “Masuk.” Izin dari Xavier membuat Marissa membuka pintu ruang kerja perlahan. Wanita paruh baya itu memasuki ruangan dan sedikit membungkukkan badan memberikan hormat. “Saya sudah membawa dia ke kamarnya dan…” “Aku tidak peduli, Marissa.” Xavier langsung memotong perkataan Marissa, tatapannya masih tidak lepas dari dokumen yang sedang dibaca dan ditandatanganinya. “...Baik, Tuan.” Marissa menjawab dengan cepat. “Bagaimana keadaan Regina?” Begitu mendengar nama anaknya keluar dari bibir Xavier, sorot mata Marissa melembut. “Keadaannya semakin membaik, Tuan. Meskipun tidak ada perubahan pada telinganya setelah seluruh pengobatan itu, tetapi secara keseluruhan, dia semakin membaik.” “Berapa usianya sekarang?” Kali ini Xavier mengangkat wajahnya dan menatap Marissa. “13 tahun, Tuan.” “Hmm…” Xavier kembali menurunkan tatapannya ke dokumen yang dipegangnya. Marissa merasakan bola matanya memanas. Dengan cepat dia menundukkan kepala, tak ingin kesedihannya terlihat oleh Xavier. Marissa tahu apa yang ada di pikiran Xavier, karena hal yang sama selalu terlintas di pikiran Marissa, setiap kali nama putrinya disebut. Oh Regina, putriku… maafkan ibu nak, maafkan ibu yang tak mampu melindungi dirimu, Kau masih terlalu muda untuk melalui semua siksaan yang kau dapatkan di tangan Dimitri Costello. Sampai kapanpun, cacat fisik dan mentalmu akan selalu menghantui setelah semua yang kau alami. Maaf… ibu hanya mampu mengatakan maaf… “Baiklah. Panggil Veronica.” Xavier tidak menunjukkan simpati ataupun empati. Wajahnya tetap datar, suaranya terdengar ketus. Mendengar nama yang disebutkan oleh Xavier, tubuh Marissa langsung terasa kaku. “Mm..Em…A-apakah aku perlu mengingatkan dirinya untuk bersiap?” “Ya.” “...Baik, Tuan.” Marissa tidak berkata-kata lagi, dan segera berbalik keluar untuk menjalankan perintah Xavier. Sepeninggalan Marissa, Xavier meletakkan pena dan dokumen yang sedang dipegangnya, dan melihat ke bawah. Keperkasaannya masih menjulang tinggi, mendorong celananya dan membuatnya merasa nyeri yang amat sangat. Stella mampu membangkitkan gairahnya, tetapi tidak mampu memberikan kepuasan padanya, dan Xavier tidak merasa heran. Bukan karena Stella yang tidak cukup menggoda, dan bukan karena Xavier tidak ingin, tetapi karena Xavier tidak bisa. Sebagai seorang pria, Xavier juga membutuhkan pelepasan, tetapi sayangnya, Xavier tak mampu mendapatkan kepuasan dengan cara normal seperti pria pada umumnya. Xavier bukan lagi pria normal, dan Dimitri memastikan hal itu terjadi. Xavier berdiri dan menurunkan celananya. Kejantanannya yang besar dan berurat langsung berdiri tegak menantang langit. Namun, bukan rasa bangga yang terlihat di mata Xavier saat melihat kondisi kejantannya, melainkan tatapan sinis. Xavier menutup matanya. Benaknya kembali ke saat penyiksaan itu terjadi, saat luka-luka di kejantanannya dibuat. Hari dimana Dimitri Costello, membuat Xavier merasakan sakit fisik dan mental yang tak terkira. Penderitaan dan rasa sakit yang tak akan pernah bisa Xavier lupakan seumur hidup, karena luka itu akan terus berada di tubuhnya sampai dia mati. Garis-garis luka bakar yang cukup jelas terlihat dimulai dari ujung kepala batangnya menurun sampai dengan mendekati kedua bola yang berada di bawahnya. Luka-luka masa lalu yang membakar saraf-saraf di bagian kejantanan Xavier. Luka yang menyebabkan nyaris seluruh sarafnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik. Xavier membutuhkan usaha keras, bahkan sangat keras hingga mencapai tingkat kasar, untuk mendapatkan kepuasan dalam hubungan sеksuаl, dan saat Xavier b*******h, kepuasan itu harus dicapainya, karena jika tidak, semakin batang itu membesar, luka-luka yang berada di sana akan ikut melebar dan rasanya amat sangat menyakitkan. Hingga saat ini, hanya Veronica, satu-satunya wanita yang sanggup melayaninya dan memberikannya kepuasan. Satu-satunya wanita yang disimpannya selama 5 tahun ini. Hubungan Xavier dan Veronica dimulai sejak keduanya bertemu saat masih menjadi budаk Dimitri. Ikatan mereka dimulai dari sebuah lubang neraka. Meski Xavier membenci Stella sampai ketulang-tulangnya, tetapi Xavier belum siap untuk melepaskan seluruh angkara murkanya kepada Stella di malam pertamanya. Xavier tahu, jika dia melakukannya di saat pertama, maka Stella akan hancur seluruhnya dan mungkin tak akan pernah pulih, bahkan kematian bisa saja menjemputnya, dan Xavier tidak menginginkannya terjadi. Kematian terlalu mudah bagi Stella, sedangkan Xavier sudah menyiapkan banyak permainan untuk wanita itu, jika Stella menyerah sejak awal maka permainan selanjutnya tidak akan menarik lagi, dan Xavier tidak ingin hal itu terjadi. Tok Tok Tok Suara ketukan di pintu, mengembalikan Xavier dari lamunannya. Veronica melangkah masuk dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya. Rambut coklat terangnya yang biasa terlihat kusut masai dan kusam, sekarang terlihat bergelombang indah dan harum. Wajah dan tangan yang biasa selalu dihiasi bercak hitam karena debu dan kotoran, sekarang terlihat cantik dengan makeup dan jari-jari tangan yang diwarnai indah. Baju sederhana dari katun kotor dan usang yang biasanya digunakan, telah berubah menjadi gaun mini-dress berwarna merah menyala berpotongan sabrina yang memperlihatkan tulang selangkanya dan setengah bagian atas sepasang bukit kembarnya. Xavier tahu, diluar sana, orang-orang mengatakan Veronica bersikap layaknya pelаcur kelas atas. Veronica mengaku dirinya adalah wanita Xavier dengan sikap yang sangat arogan, menyatakan kalau Xavier adalah miliknya. Namun, Xavier tidak pernah memperdulikannya. Saat bersama Xavier, Veronica tidak pernah bersikap berlebihan. Bagi Xavier, Veronica ada hanya untuk memberikan kesenangan, memuaskan kebutuhan gelapnya. Tidak ada yang lain. “Tidak di tempat tidur.” Xavier berkata dingin saat melihat Veronica sudah melangkah menuju tempat tidur berukuran queen yang tersedia di pojok ruangan. Xavier memang meletakkan benda itu di ruangan kerjanya, sehingga saat dirinya merasa lelah, dia bisa merebahkan tubuhnya untuk sesaat. Veronica menatap sesaat ke arah pria besar yang berwajah dingin, tanpa senyum, dengan luka melintang di wajah. Kemudian, Veronica kembali tersenyum lembut. “Baik, Tuan.” Veronica melangkahkan kaki menuju meja tempat Xavier bekerja sebelumnya, dan langsung merebahkan diri diatas meja kayu besar itu, menunggu Xavier dengan kedua kaki terbuka lebar. Saat mendengar suara langkah kaki Xavier yang mendekat, sudut bibir Veronica terangkat sedikit membentuk senyum sinis saat melihat kejantanan Xavier yang masih menjulang tinggi. Veronica sudah mendengar kabar tentang budаk baru Xavier. Stella Costello, mantan nona muda keluarga Costello. Awalnya, Veronica sempat merasa terancam, tetapi melihat keadaan Xavier saat ini, Veronica kembali merasa tenang. Hmph…Ternyata, budаk baru itu tak mampu memberikan kepuasan untukmu Xavier. Baguslah. Kamu memang hanya milikku. Sampai kapanpun, kau adalah milikku. Xavier mendekati Veronica dan langsung membalik tubuhnya dengan hanya wajah sampai sebatas bahu saja yang berada di atas meja, dan membiarkan punggung Veronica menghadap ke arahnya. Xavier adalah pria yang tak menyukai pemanasan, itu sebabnya, dia selalu meminta Veronica datang dengan persiapan. Tangan besar Xavier mengangkat ujung gaun Veronica yang menutupi hanya sampai pertengahan paha putihnya, dan langsung memperlihatkan tubuh Veronica yang tak lagi tertutupi selembar benangpun. Tanpa aba-aba, Xavier langsung memasukkan dua jarinya ke dalam tubuh Veronica dengan kasar dan tanpa perasaan. Xavier mengangguk saat merasakan tubuh Veronica sudah siap untuknya, dan dalam satu gerakan, Xavier mendorong kejantanannya sekeras-kerasnya ke dalam tubuh Veronica. Meski Veronica langsung menjerit kesakitan, tetapi hanya dengusan singkat yang terlontar dari Xavier. Tidak peduli apakah tubuh Veronica sudah beradaptasi atau belum, Xavier langsung menjambak keras rambut Veronica, dan mulai menggerakkan pinggulnya keras-keras, menghujam tubuh Veronica. Erangan dan desahan terus menerus keluar dari bibir Veronica. Suara meja berguncang seirama dengan gerakan kasar Xavier yang membabi buta, dan sekuat tenaga. Hujaman kasar Xavier memberikan kenikmatan namun juga kesakitan yang bercampur menjadi satu di tubuh Veronica. Tangan kekar Xavier bergerak melingkari tubuh Veronica, meremas bukit Veronica dengan keras. Jari besarnya menjepit dan memutar putіng pаyudаra Veronica tanpa ampun. Xavier lalu menampar keras bukit kembar Veronica, seirama dengan gerakan tubuhnya. “Aaagh…aah…lebih keras, Tuan! Lebih cepat! Ya! Ya!” Hanya suara erangan dan desah Veronica, bercampur suara tumbukan dua tubuh dan suara guncangan meja yang terdengar memenuhi seluruh ruang kerja. Belum berhasil mencapai kepuasannya, Xavier menarik batangnya keluar dari tubuh Veronica lalu membuka lebar lubang di bagian belakang tubuh Veronica. Tidak peduli tindakannya akan melukai wanita itu, Xavier langsung menekan masuk seluruh tubuhnya sekuat tenaga diiringi suara erangan maskulin yang keras. Veronica menjerit kencang saat Xavier memaksa masuk ke dalam tubuh bagian belakangnya. Kuku-kuku terawat Veronica mencakar keras sehingga meninggalkan bekas di meja kayu Xavier, bersamaan dengan tubuhnya yang terus bergerak mengikuti dorongan keras Xavier. Rambut panjang kecoklatannya kusut masai terurai di atas meja. Xavier merubah posisinya. Memberikan tekanan pada punggung Veronica dan memulai gerakan yang bisa membuatnya mencapai kepuasan. Satu tangan Xavier bergerak perlahan ke depan mempermainkan kewanitaan Veronica dengan kasar. Veronica hanya mampu mengerang semakin keras saat merasakan gelombang orgаsme yang kembali melandanya. Merasakan dorongan panas yang semakin mendekati puncak, Xavier menarik rambut Veronica, begitu keras hingga beberapa helai tercabut paksa dari kulit kepalanya. Tubuh Xavier tidak berhenti bergerak untuk mencapai puncaknya sendiri. Perbuatan Xavier nyaris membuat Veronica mencapai batas ketahanannya. Sakit adalah sensasi yang selalu diinginkan oleh tubuhnya selama bertahun-tahun, membuat tubuhnya kembali diserang gelombang-gelombang panas orgаsme. Gelombang demi gelombang yang datang membuat tubuh Veronica berkontraksi mengurut dan menjepit batang Xavier, hingga akhirnya erangan serak dan keras keluar dari bibir Xavier saat cairan hangat menyembur keras ke dalam tubuh Veronica. Selesai mengeluarkan semua cairan hangat yang tidak berguna, Xavier langsung menarik keluar bagian dirinya dari dalam tubuh Veronica. Merapikan kembali celananya dan melangkah menuju kamar mandi yang berada di sisi lain ruangan. Tanpa menatap wanita itu sedikitpun, Xavier segera berkata, “Keluar.” “Ta-tapi, Tuan…” Suara serak Veronica menghentikan langkah Xavier. Veronica adalah wanita yang pandai melihat kesempatan. Dia selalu memainkan kartunya dengan baik, terutama pada saat setelah penyatuan liar yang mereka lakukan. “Ada apa?” Veronica merapikan pakaian dan rambutnya terlebih dahulu, sebelum menyampaikan permintaannya dengan baik. “Budаk baru itu…” “Kenapa dia?” “A-apa saya bisa memberikan sesi pelatihan padanya?” Dengan segala kemampuan beraktingnya, Veronica berusaha keras menyembunyikan betapa dia sangat ingin Xavier mengabulkan permintaannya. Veronica berharap dapat melakukan sesi pelatihan dengan mantan Nona Muda keluarga Costello. Setelah menjadi budаk selama bertahun-tahun, Veronica jelas menginginkan pembalasan dendam atas semua siksaan yang pernah di dapatkannya. “Apa rencanamu?” Xavier mengerutkan kening saat mendengar permintaan Veronica. “Mm…dia budаk barumu, dan aku wanitamu. Aku hanya ingin mengenalnya lebih baik. Tidak ada kekerasan. Aku janji.” Veronica berbohong dengan mudahnya. Xavier terdiam sesaat sebelum mengangguk tipis dan melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. “Sekarang, keluar.” Veronica masih menatap punggung Xavier yang menghilang dibalik pintu, dengan wajah cemberut. Kapan sikap dinginmu akan hilang Xavier? Bahkan setelah 5 tahun melayanimu, aku tak pernah sekalipun melewatkan malam di kamarmu, diranjangmu, berada disisimu dan dipeluk hingga mentari pagi menyapa. Lihat saja, setelah ini, aku pasti akan mendapatkanmu. Selangkah demi selangkah kau akan menjadi milikku selamanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN