Sang Putri

1813 Kata
Matahari pagi telah bersinar. Stella sudah rapi dengan mengenakan seragam budаknya. Sebuah gaun katun lusuh berwarna coklat muda, yang lagi-lagi berpotongan sabrina, memperlihatkan tulang selangka Stella yang indah, dan nyaris tak mampu menutupi kedua bukit kembarnya, panjangnya tepat berada di bawah lutut. Sebagai seorang budаk, Stella tidak diperbolehkan menggunakan pakaian dalam di balik gaun katun lusuhnya. Merasa penampilannya sudah cukup baik, Stella bergegas merapikan rambutnya, dan begitu Stella melangkah keluar dari kamar, seorang penjaga membawa Stella ke area peternakan. Para keluarga mafia biasanya memiliki peternakan besar dan perkebunan anggur yang luas, tempat dimana para pekerja dan budаk bekerja. Kalau pekerja, mereka bekerja hanya dalam waktu tertentu, dan mendapatkan gaji. Sedangkan budаk, bekerja siang dan malam tak kenal waktu tanpa mendapatkan apapun selain siksaan. Di keluarga Costello, mereka tidak memiliki pekerja, karena Dimitri, ayah Stella, menggunakan budаk untuk semua pekerjaan kasar. Sepanjang perjalanan, Stella terus melihat kesana kemari, berusaha mencari orang-orang dari keluarganya, namun yang terlihat hanyalah pekerja ataupun mantan budаk dari keluarga Leone. Kening Stella berkerut dalam. Kenapa aku tak pernah melihat orang-orang keluarga Costello? Apa yang Xavier lakukan pada orang-orang dari keluargaku? Saat Stella diturunkan di halaman depan area peternakan, semua mata terarah kepadanya. Bahkan dalam gaun katun lusuh, Stella masih terlihat seperti putri bangsawan. Wibawa dan karisma seorang putri masih sangat terasa menguar dari tubuhnya. Stella berjalan layaknya seorang putri sebagaimana dia dilatih seumur hidupnya. Seluruh tubuhnya memancarkan keagungan. Stella tidak melakukan semua itu dengan sengaja, namun darah bangsawan memang mengalir di dalam tubuhnya, sama seperti Xavier. Jika bukan karena pakaian yang dikenakannya, siapapun yang bertemu dengan Stella, akan secara naluriah menundukkan diri untuk memberikan hormat, salah mengira dirinya sebagai nona muda dari keluarga terpandang. Namun, saat begitu melihat pakaian yang dikenakannya, para pekerja langsung membenci Stella karena merasa terintimidasi olehnya. Mereka membencinya, bahkan sebelum mereka mengetahui kalau dirinya adalah Stella Costello, putri dari Dimitri Costello. Sesampainya di peternakan, para pekerja dan mantan budаk yang mengenali Stella, langsung memperlakukan Stella dengan buruk, terutama seorang mandor bernama Karsa. “Biarkan dia membersihkan kandang sapi yang baru. Sendirian.” Karsa meneriakkan perintahnya pada seluruh pekerja. Karsa memberikan seringai penuh kebencian ke arah Stella. “Kau tentu tahu cara membersihkan kandang sapi kan, Nona Muda?” Semua orang menertawakan Stella. Bahkan beberapa orang meneriakkan jalаng dan pelаcur kepadanya. Mereka juga mengejek Stella dengan memanggilnya ‘Nona Budаk.’ Mendengar setiap hinaan yang dilemparkan kepadanya, Stella hanya mampu menundukkan kepala dalam-dalam, kedua tangan di sisi tubuhnya terkepal erat. Sabar Stella. Kau harus bertahan. Kau harus selamat dari tempat ini. Kau bisa. Tutup telingamu, tidak perlu didengarkan. Kau bisa, Stella. “Ya, aku bisa.” Sepanjang menjadi Nona Muda Costello, Stella pernah beberapa kali melarikan diri dari kamarnya untuk melihat para budаk bekerja. Ayahnya sendiri juga pernah beberapa kali memaksanya, untuk melihat sesi penyiksaan, dengan harapan Stella akan menjadi orang yang berkepribadian kuat untuk menjadi penerus keluarga Costello nantinya. Stella sudah melihat banyak sesi penyiksaan, termasuk… Saat bayangan itu melintas di kepalanya, Stella cepat-cepat menutup matanya berusaha menghilangkan ingatan itu dari pikirannya. Namun, tiba-tiba sebuah tamparan keras membuat pipinya terasa panas dengan nyeri menyengat, mata Stella sontak terbuka lebar. Stella melihat Karsa telah berdiri di depannya, tangan kurusnya terulur untuk menjambak rambutnya dengan keras, dan membuat Stella berteriak kecil. “Lain kali, jawab aku dengan benar atau kau tidak akan menyukai akibatnya. Mengerti?!” Karsa membentak keras. Genggamannya di rambut Stella semakin erat. “Ya…Tuan.” Mata Stella terasa memanas, tetapi sekuat tenaga Stella berusaha menahannya agar tidak mengalir. Sampai kapanpun, Stella tidak akan membiarkan orang-orang dari keluarga Leone merasa puas karena melihat kehancurannya. Meski Stella sedang merintih kesakitan, namun mata Karsa malah tertancap pada kedua pаyudаra Stella yang bergerak naik turun seirama dengan nafas Stella yang memburu. Karsa menatap dengan pandangan penuh gairah, yang membuat seluruh tubuh Stella merinding. “Bagus…” Karsa terlihat menelan ludahnya dan memaksakan sebuah senyum, sambil menatap wajah Stella. “Sekarang, kerjakan tugasmu, jаlаng!” ======== Dua jam berlalu dengan cepat. Tangan Stella sudah terasa sangat nyeri dan pegal karena disuruh menyekop kotoran sapi sendirian. Karsa jelas-jelas mengatakan tak seorangpun boleh membantu Stella. Pekerja lainnya disuruh untuk bekerja di kandang lain dan juga di perkebunan. Pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh 10 orang pria dewasa, dibebankan seluruhnya pada tubuh kecil Stella. Saat Stella mengayunkan sekopnya, matanya mulai berkaca-kaca. Stella sangat ingin mencurahkan seluruh beban hatinya, dia sangat-sangat merindukan pelayan pribadinya, Nadira. Nadira, seorang gadis budаk yang menjadi pelayan pribadi sejak Stella kecil. Pertemuan pertama Stella dan Dira adalah pada suatu saat sesi penyiksaan, dimana saat itu Stella berusia 12 tahun dan Dira berusia 10 tahun. Ketika melihat Nadira pertama kali, Stella langsung menyukainya. Dengan sepenuh hati, Stella memohon kepada ayahnya agar memberikan Nadira sebagai pelayan pribadinya. Tetapi, Dimitri, yang pada dasarnya sangat jarang mengabulkan permintaan Stella, sudah pasti langsung menolak permintaannya. Butuh waktu berbulan-bulan bagi Stella untuk membujuk ayahnya, hingga pada akhirnya, Dimitri melihat Stella benar-benar membutuhkan pelayan pribadi, barulah Nadira berhasil menjadi pelayan pribadi Stella. Hubungan keduanya langsung dekat. Bahkan, Nadira satu-satunya orang yang dekat dengan Stella, dan sudah dianggap seperti adiknya sendiri, meski di muka umum, Stella tetap memperlakukan Nadira layaknya seorang pelayan. “Bagaimana perkembangan disini?” Suara berat Karsa terdengar begitu dekat dengan telinga Stella, membuyarkan lamunannya. Tubuh panas Karsa terasa menyengat punggung Stella. “Sedang saya kerjakan… Tuan.” Stella cepat-cepat menjawab dengan suara serak. “Dalam waktu dua jam, yang bisa kau kerjakan hanya ini?!” Karsa membentak sambil menatap ke sekelilingnya dengan senyum mengejek. “Dasar wanita tak berguna!” Stella hanya mengatupkan bibirnya erat-erat dan terus menggerakkan sekop yang dipegangnya, bersikap sebagai seorang budаk yang baik, tak memperdulikan perkataan Karsa. Namun, begitu kata-kata kasаr itu menghilang, Stella bisa merasakan tulang-tulang dari tubuh kurus Karsa menempel di punggungnya. Nafas hangatnya menghembus di telinga Stella. Tangan besarnya yang kasar dan berkeringat menggenggam rambut Stella dan menyibaknya ke samping, memperlihatkan tengkuk Stella yang berwarna putih suѕu. “Apa kau merasa lelah, budаk?” Karsa menggeram penuh gairah sambil menekan bagian bawah tubuhnya sehingga semakin menempel dengan bagian belakang Stella, bibirnya memberikan beberapa kecupan di tengkuk Stella. Tubuh Stella langsung kaku membeku saat merasakan ada benda keras yang menekan bokоngnya dan juga sentuhan bibir Karsa di tengkuknya. “Ja-jangan ganggu aku, kumohon…” Mendapatkan penolakan, tidak membuat Karsa mengurungkan niatnya. Tangan kasarnya malah menjalar kebagian depan tubuh Stella dan meremas sepasang bukit kembar Stella dengan keras dari luar pakaian kumalnya. “Kau tak berhak mengaturku, Nona Muda…” Stella tak bisa bergerak ataupun menolak. Stella tahu salah bertindak akan memberikan Karsa kesempatan untuk membuat hidupnya semakin menderita. Jari-jari kurus Karsa yang bergerak semakin liar, berhasil menemukan puncak dаdanya dan memilinnya kuat-kuat. Tubuh Stella berjengit dan merintih menahan sakit. Reaksi tubuh Stella membuat Karsa terkekeh ringan. “Aku dapat membuat waktumu di sini terasa mudah, tapi aku juga mampu membuat hidupmu bagaikan di nekara. Semuanya tergantung dari pilihanmu…” Karsa bergerak perlahan menggesek batangnya yang mengeras ke bokоng Stella yang hanya ditutupi kain pakaiannya. “...Layani aku setiap kali kuminta…setuju atau tidak? Apa pilihanmu?” “A..aku adalah Budаk Raja, kau dan aku sama-sama tahu, aku…aku hanya me-melayani siapapun yang ditentukan oleh Tuan Besar.” Sekuat tenaga Stella menyembunyikan rasa jijiknya. Sambil terus menggerakkan tubuhnya atas Stella, Karsa mengeluarkan erangan parau. “Tuan Besar tidak perlu tahu tentang ini.” Tangan Karsa yang masih berada di atas pаyudаra Stella meremas semakin kasar, membuat Stella nyaris tak bisa menahan sakitnya. Air mata mengalir deras menuruni pipinya, bibir Stella yang digigitnya sejak tadi, mulai mengalirkan cairan merah. “Dimana Budаk Raja berada?!” Tiba-tiba suara seruan Marissa terdengar dari luar. Stella langsung menghembuskan nafas lega, karena Karsa mau tak mau harus berhenti menyentuh tubuhnya, saat mendengar seruan Marissa. Perlahan mandor itu menjauhkan tubuhnya dari Stella. “Pikirkan baik-baik apa yang kutawarkan, Nona Muda. Pilihan yang salah akan membuat hidupmu menderita, dan aku sendiri yang akan memastikannya. …Jika kau setuju, aku akan memilikimu dan membuat hidupmu lebih baik, namun, tanpa persetujuanmu, aku pastikan tubuhku akan tetap tertanam di dalam lubangmu kapanpun aku ingin dan hidupmu akan terasa seperti di neraka.” Karsa menyelesaikan ancamannya sebelum melangkah keluar kandang meninggalkan Stella seorang diri. Stella menghapus air mata dari wajahnya. Monster itu sebenarnya tidak memberikan Stella pilihan apapun, meski terlihat sebaliknya. “Mana Budаk Raja?” Suara tergesa-gesa Marissa kembali terdengar semakin dekat. “Maksudmu, mantan Nona Muda Costello?” Samar-samar, Stella dapat mendengar suara Karsa yang menjawab. “Ya.” Cepat-cepat Stella menjatuhkan sekop yang dipegangnya. Menarik nafas lega, akhirnya dirinya bisa mendapatkan waktu untuk beristirahat, meski hanya sesaat. “Aku disini.” Stella bergegas keluar dari kandang. Marissa menatap Stella dari atas kebawah dan mengernyit kesal, “Tuan menunggumu di ruang kerjanya. Cepatlah, JANGAN membuatnya menunggu!” Wajah lega yang sempat menghiasi wajah Stella langsung sontak menghilang. Stella sempat berpikir apakah dirinya keluar dari lubang buaya malah masuk ke dalam kandang singa? ===== Selesai membersihkan diri secukupnya, Stella bergegas memasuki ruang kerja Xavier. Melihat pria tampan dengan luka di wajahnya itu sudah menggunakan pakaian jas formal dengan pin lambang keluarga Leone tersemat pada bagian dаdanya, Stella langsung menyadari, kalau Xavier akan pergi ke Aula Pertemuan. “A-anda memanggil saya, Master?” Stella berdeham untuk melegakan tenggorokannya sebelum mampu mengeluarkan suaranya. Xavier menatap pakaian lusuh dan tangan Stella yang kotor dengan tatapan tak senang. Hidungnya mengernyit saat mencium bau tak sedap dari tubuh Stella. Dahinya sedikit berkerut saat melihat pipi Stella yang memerah akibat tamparan Karsa, dan bibirnya yang masih terlihat sedikit bengkak dan berdarah. Dengan tatapan masih terpaku pada Stella, Xavier melambaikan tangan pada Alex, asistennya, dan penjaga yang mengantar Stella ke ruangannya. “Tinggalkan kami.” “Kembali ke kamarmu dan bersihkan dirimu. Aku akan membawamu ke Aula Pertemuan. Waktumu hanya 5 menit.” Xavier memberikan perintah dengan datar, saat hanya dirinya dan Stella yang tersisa di ruang kerjanya. “A-aula pertemuan…?” Ketakutan membuat isi perut Stella seperti jatuh ke tanah. Budаk hanya dibawa ke Aula Pertemuan untuk semua alasan yang salah, dan Budаk Raja dibawa ke Aula Pertemuan hanya untuk… “Hari ini aku akan memperkenalkanmu pada keluarga mafia lainnya sebagai Budаk Raja dari keluarga Leone.” Xavier menegaskan ketakutan Stella dengan kata-katanya yang tajam. Stella merasa jantungnya seperti jatuh ke dalam jurang yang dalam. Wajahnya sontak pucat pasi. Harinya berubah dari jelek menjadi buruk dalam sekejap. Bibir Stella membuka dan menutup beberapa kali tanpa ada sedikitpun suara yang terdengar. Di dalam hatinya, Stella sangat ingin memohon kepada Xavier agar dirinya dapat melewati sesi perkenalan. Namun, Stella juga sangat tahu, niatnya hanya akan menghasilkan usaha yang sia-sia…dan juga hadiah hukuman. Stella hanya bisa menundukkan kepalanya dan melangkah keluar dari ruang kerja Xavier. Dengan langkah gontai dan air mata yang sudah membasahi wajahnya, benak Stella terus berputar membayangkan nasibnya setelah ini. Berapa banyak keluarga mafia yang diundang untuk menghadiri acara pertemuan hari ini? Be-berapa banyak kepala Mafia yang akan menjamahku hari ini? Apakah aku masih bisa bertahan setelah ini? Atau lebih baik aku mati saja? Ayah…apa kau melihat semua ini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN