Perkenalan Pertama

2224 Kata
“Dira, tolong bawakan salad ini ke ruang makan, ya sayang.” Suara wanita tua yang ramah terdengar dari arah dapur. “Baik, Nyonya Mina.” Nadira bergegas meraih sebuah mangkuk besar yang telah berisi sayur-sayuran dan ditaburi saus resep rahasia buatan Nyonya Mina, dan membawanya dengan hati-hati menuju ruang makan. “Ayo, Dira, kita makan bersama.” Nyonya Mina melangkah keluar dari dapur dengan membawa satu piring besar berisi irisan daging sapi yang sudah diolah berdasarkan resep turun temurun dari keluarganya. “Iya, Nyonya. Sebentar.” Nadira kembali ke dapur dan mendudukkan dirinya di bangku kecil yang berada di pojok dapur. Sesaat matanya melihat ke sekelilingnya. Sudah hampir satu minggu lamanya Nadira berada di rumah ini. Setelah Xavier Leone berhasil menghancurkan keluarga Costello, secara otomatis Nadira juga terbebas dari perbudаkan yang telah mengikatnya sejak lahir. Oleh keluarga Leone, Nadira diberikan pekerjaan sebagai ART di rumah sepasang lansia. Kedua orang tua itu memperlakukan Nadira sangat baik sekali, mereka bahkan sudah menganggap dirinya seperti anak mereka sendiri, meski Nadira hanyalah seorang asisten rumah tangga. Menjadi seorang ART jelas lebih bermartabat dibandingkan menjadi seorang budаk. Nadira mendapatkan gaji atas pekerjaannya, waktu kerjanya juga lebih teratur, tidak ada lagi siksaan atau jerit kesakitan karena hukuman saat melakukan kesalahan. Bagi seorang mantan budаk, kehidupan yang dijalaninya saat ini, jauh-jauh lebih baik dari sebelumnya. Sayangnya, semua ini tidak memberikan kebahagiaan untuk Nadira. Nadira tidak bisa berhenti memikirkan tentang Nona Muda yang sudah dilayaninya sejak kecil. Masih sangat jelas di benak Nadira, saat mata kepalanya sendiri melihat Xavier Leone mengalungkan kalung budаk di leher jenjang Nona Stella, menjadikan Nona Mudanya seorang Budаk Raja milik Xavier. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, Nadira membayangkan Nona Stella akan menjadi budаk siapapun. Namun, sekarang Nadira bisa membayangkan Nona Mudanya bekerja di peternakan, membersihkan kotoran sapi, atau memetik buah anggur berjam-jam di bawah teriknya matahari. Diperintah dengan semena-mena oleh orang-orang yang dulu bahkan tidak berani mengangkat kepala di hadapan Nonanya, mendapatkan hukuman cambuk dan mungkin hukuman lain yang lebih mengerikan lagi. Nadira benar-benar tak sanggup membayangkannya. Nona Stella-nya tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu seumur hidupnya, dan saat ini Nadira sangat yakin Nona Mudanya sedang berada dalam masa-masa paling sulit, dan hati Nadira terasa begitu sakit karena tidak bisa mendampingi Nona Stella-nya dalam keadaan seperti ini. Meski dirinya hanyalah seorang budаk, tetapi Nona Stella-nya selalu memperlakukan Nadira dengan baik. Satu-satunya orang yang Nadira kenal paling baik hati dan tulus adalah Stella Costello. Nadira membalas semua kebaikan dan ketulusan Stella dengan bersedia melakukan apapun untuk Nona Mudanya. Nadira sangat yakin, Nona Stella-nya tidak akan mampu bertahan dalam kondisi saat ini tanpa dirinya. Nadira meremas pakaian tepat di bagian jantungnya yang terasa sangat perih saat berdenyut. Nadira merindukan Nona Stella-nya. ======= Di Mansion Utama Leone. Stella berlari dengan cepat menuju kamarnya, mandi secepat kilat dan mengganti pakaian yang lebih bersih, meski semua pakaian yang disediakan oleh Marissa, hanya pakaian katun lusuh berwarna coklat muda dengan model berpotongan leher rendah yang menjadi seragam budаk. Semua model pakaian budаk perempuan, memperlihatkan belahan dаda yang cukup dalam. Sama seperti yang diperintahkan oleh ayahnya dulu, agar para penguasa di keluarga Costello dapat dengan mudah menikmati tubuh para gadis budаk, kapan saja dan dimana saja mereka bernаfsu. Berkali-kali Stella menggelengkan kepala mengingat nasibnya yang dituliskan oleh ayahnya sendiri. Meskipun hatinya tak terima untuk mengenakan pakaian seperti ini, tetapi Stella sangat menyadari, hanya dengan menjadi budаk yang penurut, Stella dapat menghindari dari segala macam hukuman. Stella tidak bisa menolak, rasa sakit adalah satu-satunya hal yang benar-benar ingin Stella hindari semampunya. Meski sudah bergerak secepat yang dia bisa, Stella masih tetap terlambat 2 menit, saat dia kembali muncul di hadapan Xavier, yang sudah nyaris seperti naga. Menghembuskan nafas api karena menahan marah. “Aku. Bilang. 5 Menit.” Xavier melangkah cepat mendekati Stella sambil menggeram marah, menekan setiap kata yang keluar dari bibirnya. “A-aku, S-saya…” “Berlutut!” Stella sedikit ragu-ragu sesaat. Seumur hidupnya, Stella tak pernah berlutut di depan siapapun kecuali ayahnya. Namun, keraguannya membuat Stella harus membayar mahal. Tangan besar Xavier terulur cepat menarik keras rantai yang tersambung ke kalung budаk yang melingkari leher Stella. Tarikan pada lehernya, membuat Stella meringis kesakitan. Meski air mata berkumpul di sudut matanya, dan lututnya tertekuk paksa menghantam lantai, Stella menatap Xavier dengan mata membara, ganas dan penuh pemberontakan. “Apakah kau menikmati saat disiksa, Stella?” Dengan suara yang rendah dan mematikan, Xavier berbisik di telinga Stella. “Ini masih permulaan, dan kau-Nona Muda- tentu saja belum bersahabat dengan rasa sakit, bukan?” Xavier masih memegang erat rantai yang tersambung dengan kalung berbahan kulit yang melingkari leher Stella. Dua pasang mata, terus menatap dengan lekat, saling menantang. Jari kekar Xavier mengelus lembut rantai yang dipegangnya, perlahan terus naik…sampai jarinya menyentuh sebuah tombol kecil berwarna merah di bagian ujung. Semangat memberontak di dalam tubuh Stella langsung padam begitu saja seperti disiram air es. Matanya terbelalak, tubuhnya terasa membeku. “M-master…to-tolong…ja-jangan dinyalakan. Ma-maafkan aku, Master. Ja-jangan ditekan, kumohon….!” Xavier tak menunjukkan emosi apapun meski telah mendengar permohonan Stella yang begitu menyedihkan. Suara Xavier tetap terdengar dingin. “Saat kuperintahkah kau berlutut, segeralah berlutut. Jika kukatakan kau harus terbang, maka terbanglah setinggi-tingginya. Jika kukatakan kau harus mati, maka hentikan nafasmu, Stella. Apakah kau mengerti?” “Y-ya, M-master.” Jari besar Xavier masih mengusap lembut tombol kecil itu, sambil terus menatap Stella dengan kebencian yang tidak ditutupi sama sekali. “Sekali lagi kau melawanku, aku akan menghukummu dengan hukuman yang tidak akan pernah kau lupakan.” “Y-ya, M-master.” Stella sangat tahu apa yang akan terjadi saat tombol merah kecil itu di tekan. Kalung yang melingkari lehernya langsung mengalirkan listrik bertegangan tinggi yang akan menyetrum seluruh tubuhnya, dan Stella yakin rasanya pasti akan sangat-sangat menyakitkan. Ketakutan terbesar para budаk adalah hukuman dari benda yang melingkari leher mereka, dan hanya majikan dari budаk itu yang membawa alat pengendalinya kemana-mana. “Kau akan bersikap sebagai Budаk Raja yang baik di Aula Pertemuan, Stella. Jangan mempermalukan aku.” Suara dingin Xavier kembali membuat tubuh Stella merinding. Cara Xavier menyebut namanya, terasa seperti racun yang membunuh Stella pelan-pelan. Kalimat Xavier mengingatkan Stella akan nasibnya beberapa saat lagi. Dengan kedua tangan berada di depan lututnya, dan wajah memelas, Stella menatap wajah tampan yang ternodai bekas luka dengan tatapan memohon. “Bi-bisakah saya tidak diperkenalkan, Master?” Xavier berdecak tajam, salah satu sudut bibirnya terangkat membentuk senyum dingin yang mematikan. “Ayahmu memperkenalkan budаk hampir setiap hari, Nona Muda. Dia bahkan memperkenalkanku sebanyak dua kali.” Dua kali?! Mata Stella kembali membesar. Benaknya tak bisa membayangkan betapa menderitanya Xavier pada saat itu. Dengan wajah penuh kekalahan, Stella menunduk dan berkata, “Baik, Master.” Mendengar suara kalah Stella, Xavier langsung melangkah keluar tanpa menatap ke arahnya sedikitpun. Dengan tak berdaya, Stella mengikuti langkah Xavier, tak mampu membayangkan nasib yang akan menunggunya di Aula Pertemuan. Sejak zaman kekuasan ayahnya, Dimitri Costello, Aula Pertemuan keluarga mafia bukan lagi sebuah aula besar seperti tempat pesta pernikahan, melainkan sebuah bar yang memiliki ruangan luas dengan puluhan tempat duduk yang disusun melingkari sebuah panggung dengan tiang besi di tengahnya. Lampu-lampu warna warni dan suara musik yang menggelegar, akan membantu membuat setiap acara pertemuan terasa semakin meriah. Di sinilah, para ketua mafia berkumpul dengan membawa budаk-budаk mereka dan melakukan apa yang ingin mereka lakukan, baik terhadap budаk pria maupun wanita. “Xavier Leone dari Keluarga Leone telah tiba.” Alex, asisten pribadi Xavier mengumumkan. Suara riuh rendah yang mengisi ruangan, sontak hening saat pintu utama terbuka dan Xavier melangkah masuk. Wibawa dan karisma seorang pemimpin, terasa melingkupi seluruh ruangan. Stella yang melangkah di belakang Xavier mengedarkan tatapannya ke sekeliling dan menyadari adanya tiga orang kepala mafia dari tiga keluarga berbeda. Tiga orang?! Stella menelan ludah dengan keras. Kepalanya semakin tertunduk dalam. Rasa malu dan harga diri yang terluka semakin melingkupi hatinya. Apakah perlakuan kasar yang kudapatkan semalam dengan Xavier akan terulang kembali dengan tiga orang yang berbeda? Atau aku akan mendapatkan tambahan tiga pengalaman penyiksaan yang berbeda? Ayah, bolehkan aku mati saja…? Semua orang bergegas berdiri menyambut kedatangan Xavier, kecuali tiga kepala mafia lainnya. Dengan langkah tegap, Xavier menduduki kursi kebesarannya. Begitu Xavier sudah duduk dengan tenang, Stella bergegas meluruhkan dirinya di lantai dan duduk di sisi Xavier. Dengan lembut Stella meletakkan kepalanya di pangkuan Xavier…sama seperti sikap para Budаk Raja dan budаk-budаk lainnya yang berada di ruangan ini kepada Master mereka. “Wow…dia benar-benar cantik.” Peter Moranov dari keluarga Moranov mendesah dengan penuh nafsu saat menatap tubuh indah Stella, membuat Stella semakin mendekatkan dirinya pada Xavier mencoba mencari perlindungan. “Hahaha, aku baru saja ingin mengatakan hal yang sama. Dia sangat cantik sekali…” Marten Kingsley dari keluarga Kingsley tidak mau kalah, sambil menggesekkan kedua tangannya di depan dаda, tak sabar untuk mencicipi Stella. Kedua ketua mafia itu berusia akhir empat puluh tahun, keduanya menatap Stella seperti dua ekor serigala yang sedang menatap daging segar. Bahkan dengan tak tahu malunya, keduanya secara terang-terangan memperlihatkan kejantanan mereka yang sudah membesar kepada Stella. Melihat kedua orang pria tak tahu malu itu, Stella bergerak semakin merapat ke kaki Xavier. Matanya tak bisa lepas dari kedua orang pria tua bangka itu. Salah satu ketua mafia yang sejak tadi masih duduk diam, Garry Puccini dari keluarga Puccini, tiba-tiba berdiri dan berteriak, “Rekan-rekan dari setiap keluarga mafia yang kuhormati. Hari ini kita berkumpul untuk melakukan acara perkenalan Budаk Raja dari keluarga Leone!” Garry menatap ke sekelilingnya dengan wajah penuh senyum. “Dia adalah Budаk Raja pertama yang diperkenalkan oleh kepala keluarga Leone yang baru, Xavier Leone, dan mungkin dia juga akan menjadi yang terakhir! Dia adalah seorang wanita yang kecantikannya melebihi tujuh orang bidadari!” Semua orang berteriak setuju saat mendengar pujian Garry Puccini. Semua mata menatap ke arah Stella, dan Xavier sejak awal kedatangannya, wajahnya masih tetap datar tanpa emosi. “Rei!” Garry Puccini memanggil. “Ya, Master.” Seorang budаk wanita bergegas berdiri menuruti panggilan Garry. Seperti tanpa beban, senyum indah menghiasi wajah cantiknya. “Naiklah ke panggung dan menarilah untuk kami semua sebagai pembukaan. Mari kita mulai acara hari ini!” Garry melambaikan tangannya yang langsung disambut tepuk tangan meriah. Musik langsung berkumandang diikuti sinar lampu warna-warni yang menyorot ke tengah panggung. Rei, sang budаk bergegas menaiki panggung dan langsung menari, sesuai dengan perintah majikannya. Baju yang dikenakannya hanyalah dua potong kain yang terbuat dari kulit untuk menutupi bagian dаda dan area segitiganya. Nyaris semua orang bertepuk tangan dan meneriakkan seruan pemberi semangat pada Rei, namun, dua orang ketua mafia yang sejak tadi sudah mengincar Stella, tak mampu mengalihkan pandangan mereka sedikitpun dari Stella. Tanpa Stella sadari, sejak dirinya menyadari pandangan penuh nafsu dari kedua orang pria itu, tangannya terus menggenggam pipa celana Xavier dengan erat. Sampai akhirnya, Stella merasakan tatapan dingin dan merendahkan yang diarahkan Xavier pada kedua tangannya yang masih terus menggenggam celananya, baru Stella melepaskannya dengan cepat. “M-maaf, M-master.” Xavier mengalihkan tatapannya dari Stella dan mengembalikan fokusnya pada kegiatan diatas panggung masih dengan wajah datar dan dingin. Saat tarian Rei berakhir, Garry Puccini ingin berdiri dan melanjutkan ke acara berikutnya. Namun kali ini, Peter Moranov mengalahkannya. Pria yang nyaris berusia lima puluh tahun itu bergegas berdiri dan berteriak, “Para keluarga mafia yang terhormat. Mari kita mulai acara yang menjadi tujuan kedatangan kita hari ini ke tempat ini. Sudah menjadi tradisi, bagi setiap budаk yang terpilih akan diperkenalkan kepada setiap ketua mafia ataupun kepala keluarga yang berkuasa, sebagai Budаk Raja! Status yang membuatnya menjadi budаk yang istimewa, karena dia adalah budаk pribadi bagi para pemimpin.” Suara teriakan persetujuan membahana di seluruh ruangan. Peter kembali menganggukkan kepala dan melanjutkan perkataannya, “Aku memiliki 12 orang Budаk Raja, Marten memiliki 6 orang, dan Garry punya 5 orang. Hari ini, Xavier Leone akan memperkenalkan budаk pribadi pertamanya dan dia akan diperkenalkan pada setiap pemimpin mafia yang hadir di tempat ini!” Stella menatap nanar ke arah orang-orang yang terlihat bahagia di sekelilingnya. Stella bisa melihat nafsu di mata para pria berkuasa, dan tatapan iri serta dengki di mata para budаk yang tidak terpilih menjadi Budаk Raja. Iri? Dengki? Yang benar saja? Apa para wanita itu ingin berada di tempatku? Hanya karena para laki-laki brengsеk ini akan mendapatkan kesenangan dari tubuhku, maka mereka merasa iri? Seandainya bisa, dengan senang hati aku akan berganti tempat dengan mereka, agar aku tidak perlu direndahkan dengan melayani orang-orang tak bermoral ini. Stella meringis di dalam hati. Dunia perbudаkan adalah dunia baru bagi Stella yang tidak dimengerti olehnya sama sekali. “Sekarang! Kami akan mengundang budаk terpilih untuk naik ke panggung.” Peter Moranov kembali melanjutkan tugasnya sebagai pembawa acara. Stella berdiri dengan kedua kaki gemetar dan melangkah ke tengah panggung. Dirinya hanya mampu berdiri dan menatap kosong ke langit-langit. Sebisa mungkin, Stella tak ingin melihat wajah penuh nafsu pria-pria tak bermoral itu, tetapi dia juga menolak untuk menunduk sebagai tanda kekalahan. Peter berjalan mendekati tempat Stella berdiri dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Perlahan dia memutari Stella seperti seekor serigala sedang menatap buruannya. Peter mengangkat tangannya dan mengusap lembut pinggang Stella. Perut datarnya. Menyapu lembut kedua bukit pаyudаranya, dan terakhir kalung budаk yang melingkari leher Stella. Setelah puas dengan apa yang dilihatnya, Peter berputar ke arah Xavier dan berkata dengan lantang, “Aku yang akan berkenalan dengannya pertama kali. Disini. Sekarang.” Semua orang langsung bertepuk tangan dan berteriak memberikan semangat. Gemuruh gegap gempita mengisi seluruh ruangan. Stella hanya bisa menutup matanya dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan pikirannya dari nasib buruk yang akan menimpanya sebentar lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN