Hadiah (21++)

1355 Kata
Naik ke tempat tidur? Benarkah? Dengan bertanya-tanya, Stella menatap Xavier mencari kepastian. Pria dingin itu membalas tatapan Stella dan mengangguk kecil memberikan perintah. Meski sedikit merasa lega, tubuh Stella tetap gemetar ketakutan dan antisipasi, mengingat pengalaman terakhirnya bersama Xavier yang sangat menyakitkan, Stella sudah bisa membayangkan penderitaan apa yang akan menimpanya sebentar lagi. Dengan perlahan, Stella melangkah menuju tempat tidur yang tersedia di pojok ruangan. Stella menaiki tempat tidur dan berbaring tengkurap. Memberikan punggungnya kepada Xavier. Setelah memejamkan mata, Stella tak henti-hentinya berdoa, agar dirinya dapat melalui segala penderitaan ini. Tubuh kurusnya terus gemetar ketakutan. Samar, Stella bisa mendengar suara celana yang dibuka, dan tak lama ranjang yang ditidurinya bergerak saat ada beban lain yang menimpanya. Stella semakin memejamkan matanya rapat-rapat, saat dia merasakan sebuah tangan kasar yang menyentuh kеwаnitаannya yang telah lembab karena sesi kenikmatan yang diberikan oleh Alex sebelumnya. Xavier menggeram senang saat merasakan Stella yang sudah siap menerimanya. Satu tangan Xavier menarik perlahan pinggang Stella, dan tangan lainnya langsung mengarahkan kejаntаnannya ke lubang hangat Stella. Dengan perlahan Xavier mendorong pelan tubuhnya memasuki tubuh Stella. Kali ini, Xavier tidak memaksa dengan kasar seperti yang dilakukan sebelumnya. Xavier memperlakukan Stella dengan kelembutan. Gerakannya sangat berhati-hati, terus membujuk saat merasakan penolakan dari tubuh Stella, menggoda dengan pelan hingga akhirnya tubuh Stella bisa menerima tubuhnya secara keseluruhan. Tubuh Stella yang kecil tetap saja merasakan panas yang membara saat menerima tubuh Xavier, namun meski tetap terasa pedih, kali ini Stella juga mendapati rasa lain yang perlahan merambat di seluruh tubuhnya. Perasaan aneh yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Stella bisa merasakan dаda Xavier yang bidang dan hangat menempel di punggung telanjangnya. Suara berat Xavier berbisik di telinga Stella disertai hembusan nafas panasnya. “Sesekali, budаk berhak mendapatkan hadiah, jika budаk itu berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik saat melayani majikannya…. Hari ini, aku akan memberikan hadiah pertamamu. Sekarang. Ditempat ini. Nikmatilah.” Hadiah, karena telah melayani dengan baik? Benarkah? Aku tahu aturan ini ada, tetapi aku sangat yakin, ayah pasti tidak pernah menjalankannya. Dan, sekarang Xavier akan memberikan hadiah ini kepadaku? Kenapa? Apa alasannya? Lagipula, apakah dengan menyakitiku, masih bisa dibilang sebagai hadiah? Berbagai pertanyaan kembali melintas di kepala Stella, tetapi tak satupun yang terlontar dari bibirnya. “Terima kasih, Master.” Hanya ucapan itu yang berani Stella katakan dengan suara lirih. Mendengar jawaban Stella, Xavier kembali menegakkan tubuhnya dan pinggangnya mulai bergerak dengan gerakan lembut dan ritme yang teratur. Stella meremas sprei di bawahnya dengan ketakutan tetapi juga penasaran, saat merasakan hentakan demi hentakan lembut dan teratur dari Xavier. Menanti-nanti saat Xavier menjambak rambutnya, atau remasan kasar dan tamparan pada bagian tubuhnya. Stella sangat takut Xavier akan kembali menyakitinya. Namun, waktu berlalu, tak satupun ketakutan Stella terjadi. Xavier hanya terus bergerak dengan teratur di dalam Stella. Perlahan, Stella bisa merasakan gelombang panas yang tak tertahan mulai terbentuk di tubuhnya. Tanpa sadar, mengikuti tuntutan tubuhnya, Stella mulai bergerak seirama dengan gerakan Xavier. Setiap tumbukan, Stella bisa merasakan Xavier menyentuhnya semakin dalam. Perlahan di dasar perutnya, Stella mulai merasa sensasi yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Tak tertahankan, tetapi tidak menyakitkan. Tangan besar Xavier bergerak pelan menuju bagian depan tubuh Stella yang menggantung menggoda. Telapak tangannya menangkup buah d**a Stella yang terasa sangat pas di tangan Xavier. Stella tak menyadari kalau berkali-kali desahan dan erangan penuh kenikmatan telah lolos dari tenggorokannya. Respon tubuhnya yang seperti ini terasa sangat asing bagi Stella, meski menyenangkan tetapi Stella juga merasa takut. Mengerti dengan keinginan tubuh Stella, Xavier meningkatkan kecepatan gerakannya, membuat desahan dan erangan Stella terdengar semakin jelas. Kedua matanya terpejam erat, wajahnya memerah menunjukkan kenikmatan. Seluruh tubuh Stella bergetar semakin keras seiring dengan gerakan Xavier yang juga semakin menguat di dalam tubuhnya. Tangan Xavier yang masih bebas, menggulung rambut panjang Stella di tangannya. Stella langsung merasa panik dan tegang. Bersiap-siap merasakan jambakan yang menyakitkan, kenikmatan yang dirasakan Stella tadi, tiba-tiba menghilang begitu saja. Tetap, bukannya rasa sakit yang menerpa, Xavier menarik lembut rambut Stella sehingga membuat kepala Stella tertarik ke belakang, dan tubuhnya melengkung seperti seekor kucing, menambahkan rasa kenikmatan saat Xavier kembali bergerak. “Aaahh….” Desahan keras penuh kenikmatan terlontar dari bibir Stella, saat satu tangan Xavier bergerak turun ke pangkal pahanya. Meski Xavier terus bekerja memberikan kenikmatan pada tubuh Stella, namun, tak satupun suara yang terlepas dari bibir Xavier yang menunjukkan gairah pria itu juga tersulut. Perlahan tapi pasti, gelombang panas penuh hasrat yang tidak dimengerti oleh Stella, mulai terbentuk dan siap menelannya. Meski masih merasa takut, Stella juga merasa kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Meski tegang, tetapi Stella tidak berusaha melawan, hanya menikmati sesuai yang diperintahkan Xavier sebelumnya “Aaagh…Masteeer!” Stella menjerit nikmat saat gelombang panas itu akhirnya menerjang. Kedua tangan Stella tak lagi sanggup bertahan, membuat tubuhnya terjatuh ke ranjang, saat cairan hangat menyembur dengan deras dari tubuh Stella. Dirinya tak mampu berhenti merintih penuh kenikmatan, saat Xavier masih terus bergerak memberikan Stella rasa yang tak terkira. Perlahan, Xavier menarik dirinya dari tubuh Stella. Setelah terbebas, Stella hanya mampu terkapar kelelahan di atas tempat tidur. Seluruh tubuhnya terasa tak bertulang. Dengan mata sayu, Stella terus memperhatikan Xavier yang sudah berbalik menjauhinya. Selama mereka bersama, Stella tak pernah melihat Xavier melepaskan seluruh pakaiannya. Stella tidak tahu, apakah karena Xavier membencinya, atau memang pria itu tidak pernah tеlanjаng di depan siapapun. Stella tidak pernah melihat milik Xavier secara jelas, tetapi Stella bisa menebak kalau benda itu pastilah besar dan perkasa, karena Stella sudah merasakannya saat berada di dalam tubuhnya. “Siapa yang sedang berjaga?” Xavier menggeram dengan suara berat, b*******h…dan juga seperti kesakitan. Meski tidak berteriak, tetapi orang yang berada di balik pintu bisa mendengar Xavier dengan jelas. Alex bergegas membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. “Nona Veronica sedang ke kota, Tuan.” Mendengar laporan Alex, tubuh Xavier terlihat tegang dan kaku. “B-biarkan…s-saya yang melakukannya, Master. D-dengan m-mulutku.” Suara lirih Stella terdengar dari tubuh lunglai yang masih terkapar lemah diatas tempat tidur. Meski wajahnya memerah seperti tomat karena malu, Stella tidak berniat untuk menarik kata-katanya. Meski sangat mengantuk, Stella secara naluri menyadari kalau Xavier belum mendapatkan kepuasannya. Stella menyadari, Xavier membutuhkan cara yang kasar dan menyakitkan untuk mendapatkan puncaknya. Stella mengajukan diri, karena dia tidak ingin, dirinya akan diusir dari ruangan Xavier. Entah kenapa, malam ini, Stella ingin bisa bersama Xavier meski hanya sedikit lebih lama. Xavier melirik tajam ke arah Stella melewati bahunya. Meski Xavier terlihat semakin tegang, tetapi tidak sepatah katapun terlontar dari bibirnya kepada Stella. Alih-alih, Xavier menatap ke arah Alex dan berkata, “Berlutut.” Mendengar perintahnya, Alex langsung berlutut. Xavier kembali membuka celana dan menurunkan celana dalamnya. Benda miliknya langsung menyembul keluar dengan kondisi masih tegang. Tak menunggu lama, Alex langsung melakukan apa yang telah diajarkannya kepada Stella tadi terhadap Xavier. Stella nyaris tak mampu mempertahankan matanya agar terus terbuka, tetapi dia tetap berusaha menatap apa yang sedang Alex lakukan pada Xavier. Beberapa menit berlalu, suara erangan berat terlontar dari bibir Xavier, saat dirinya menarik dirinya lepas dari Alex. Cairan putih yang meleleh menandakan Xavier telah selesai sepenuhnya. Dengan cepat, Alex berdiri dan meraih lap untuk membersihkannya. Xavier kembali mengenakan pakaiannya dan melangkah menjauh dari Alex. Wajahnya tetap datar dan dingin, sama sekali tidak seperti orang yang baru saja mendapatkan kepuasan. Saat kedua pria itu berbalik, tubuh Alex menegang kaku dan Xavier tertegun sesaat ketika menatap ke tempat tidur, dan mendapati Stella telah tertidur lelap di atas ranjang. Alex tahu betapa Xavier sangat membenci ketika ada orang yang tidur diatas tempat tidurnya… menginvasi area pribadinya. Alex tidak bisa membayangkan reaksi seburuk apa yang akan ditumpahkan Xavier pada Stella. Xavier memiliki banyak setan yang harus diperanginya, lebih daripada orang lain. Salah satunya adalah tidak ada wanita yang pernah tidur di atas tempat tidurnya… termasuk Veronica yang sudah melayaninya selama lima tahun ini. Saat Xavier berbalik. Alex menundukkan kepalanya, sudah siap dengan segala macam perintah buruk yang harus dijalankan. Entah apakah Xavier memerintahkan Alex untuk melempar Stella keluar, atau Xavier sendiri yang akan berteriak memaki Stella dan mengusirnya dari ruangan ini. Mata Alex terbelalak dan segera mengangkat kepalanya dengan tatapan penuh keheranan dan tak percaya, saat mendengar Xavier berkata dengan suara rendah saat melewatinya, “Selimuti dia dengan seksama, dan bawa ke kamarnya, Alex. Jangan bangunkan dia.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN