BAB 30

1385 Kata

Siang yang cerah, namun angin sepoi-sepoi bertiup perlahan. Mencoba mengurangi panas dari terik matahari yang memancar terang. Pergi ke panti, Gisella disambut Nita dan Andre. Seperti biasanya mereka mengobrol di bawah pohon. Gisella menyuapi Nenek Saniah puding buatan Lilies dan tersenyum saat wanita itu menyukainya. ”Kalau Nenek suka, nanti aku akan sering bawa.” Nenek Saniah mengangguk, tersenyum gembira. Jemarinya yang kurus, hanya berupa tulang berbalut kulit, terulur untuk membelai pipi Gisella. Bisa jadi, itu tanda terima kasih dan Gisella mendekap tangan kurus itu di pipinya. "Kama cinta setengah mati dengan Nenek Saniah, sampai melupakanku.” Andre berucap dengan mulut mencebik, pura-pura merajuk. ”Pudingnya besar, bisa kita makan bersama,” ucap Gisella. ”Bukan itu, tapi soal

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN