Tidak ada suara di ruangan itu, selain bunyi goresan kuas menyentuh kanvas. Jemari Gisella bergerak lembut dan tegas secara bersamaan saat menggoreskan cat minyak dan menyatukan warna-warna. Sesekali ia mendongak, menatap seorang wanita yang duduk anggun di atas kursi roda. Tanpa sadar ia tersenyum. ”Nyonya terlihat cantik sekali hari ini.” ”Benarkah? Memangnya aku selama ini nggak cantik?” ”Bukan itu maksud saya, tapi terlihat berseri-seri. Seperti sedang bahagia.” Debrina tertawa lirih. ”Kamu tahu aja apa yang aku rasakan, Gisella. Aku memang sedang bahagia, suamiku akan menemaniku selama satu minggu penuh.” Saat melihat tatapan Lakuka yang tidak mengerti, Debrina melambaikan tangan. “Kamu pasti heran mendengar ucapanku. Jadi begini, suamiku itu orang yang sangat sibuk. Dia mengurus