Gisella membuka mata, menatap Marisa yang memandang dengan mata berbinar bahagia. Ia yakin, binar mata itu bukan untuknya, melainkan untuk Ernest yang kini sudah duduk berdampingan dengan Jordan. "Ayo, duduk. Kita ngobrol. Ibu kangen sekali sama kamu.” Dugaan Gisella tidak salah, kalau memang yang diharapkan datang ilu Ernest, bukan dirinya. Berbagai hidangan disajikan di atas meja dan tidak ada satu pun kesukaannya. Padahal ia yakin, ibunya tahu apa makanan kesukaannya. Semua yang dimasak dan dihidangkan adalah makanan favorit Ernest. ”Dimakan, Gisella. Kamu sudah lama nggak datang. Kenapa hanya minum teh,” ucap Marisa. ”Kamu kelihatan sehat. Pasti senang berada di rumah Tuan Ernest?” Wanita itu tertawa lirih. Jordan memandang Ernest dengan tidak enak hati. Diam-diam mengamati Gisell