“Tuan, ada apa?” Gisella dihempaskan ke atas ranjang, dengan Ernest berdiri menjulang di atasnya. Ia berniat bangkit, tapi laki-laki itu menahannya. Ia meronta dan terdiam saat Ernest berucap dingin. ”Kamu masih bertanya ada apa? Jelas-jelas kamu bermesraan dengan laki-laki lain?” ”Bu—bukan, Tuan. Dia adik.” ”Adik tiri maksudmu?” ”Iya, adik tiri.” ”Pemuda itu terlihat jelas memujamu, Gisella. Apa kamu nggak tahu?” Gisella menggeleng, menatap Ernest yang kini melepaskan ikat pinggang. Terbersit rasa takut di hati, kalau sampai laki-laki itu lepas kendali. Terlihat jelas, Ernest marah karena Dalfon. Ia tidak bisa bilang itu cemburu, Ernest hanya tidak suka miliknya diusik orang lain. Di sepanjang jalan pulang, mereka sama sekali tidak bicara dan itu terasa menakutkan bagi Gisella. Ki