Tangan Marisa bergerak cekatan, mengeluarkan lembaran-lembaran uang dari dalam tas kulit hitamnya yang sudah mulai usang. Satu per satu ia rapikan di atas meja kayu tua di ruang kerjanya, menumpuknya berdasarkan pecahan, menghitung dengan penuh konsentrasi. Gerakannya cepat namun penuh kewaspadaan, seolah setiap bunyi kecil di sekitarnya bisa saja berarti ancaman terhadap hartanya yang baru terkumpul. Besok, uang ini harus disetor ke bank dan masuk ke dalam tabungan khusus yang diam-diam ia kelola sendiri. Sebenarnya, urusan ini bukan lagi tanggung jawabnya. Ia cukup mengangguk, memberi perintah, dan staf akunting restoran akan mengurus semuanya. Namun, Marisa tidak pernah benar-benar mempercayai siapa pun di sekelilingnya. Di matanya, semua orang, bahkan pegawai yang tersenyum ramah seti