Debrina meraih guci kecil yang semula ada di atas meja, dan melemparkannya begitu saja ke arah suaminya. Ernest mengelak di saat yang tepat dan benda itu jatuh mengenai lantai, pecah berkeping-keping dengan suara yang berderak di telinga. ”Maaa, ada apa ini?” Bobby berlari dari luar. Wajahnya menyiratkan kebingungan, menatap Ernest dan Debrina bergantian. ”Aku mendengar teriakanmu. Ma, kenapa menangis?” Saat Bobby berlutut di depan Debrina, wanita itu menangis makin keras. Bobby mengusap rambut dan bahu ibunya dengan penuh kasih sayang dan rasa kasihan. ”Daraan, aku ....” Amita tidak dapat melanjutkan ucapannya, terus menangis dengan suara menyedihkan. Bobby bangkit perlahan, menatap Ernest dan mengepalkan tangan. ”Apa yang kamu lakukan pada mamaku?” Ernest mengangkat bahu. ”Itu uru