Suasana di ruangan itu terlihat tegang. Beberapa laki-laki berdiri, mengeliling meja besar di mana ada seorang laki-laki yang jauh lebih tua duduk di kursi. Mereka menatap ke arah Ernest yang berdiri di dekat meja dengan setumpuk dokumen yang akhimya di letakkan di atas meja. ”Itu laporan yang sudah berhasil aku buat, Pa. Memilah, dan menghitung ulang semua.” Bambang meraih dokumen dan membukanya. ”Lalu? Sudah tahu sumber masalahnya?” Ernest mengangguk. ”Iya, ada yang korupsi dan manipulasi dokumen.” ”Siapa?” ”Belum tahu, Pa.” ”Berapa kerugian kita?” ”Sekitar sepuluh miliar.” Bambang menggebrak meja dengan kasar, meraih tumpukan dokumen dan melemparkannya ke muka Ernest yang sama sekali tidak menghindar. Kertas dan sampul dokumen mengenai pipi dan dahi Ernest sebelum berserakan di